Saturday 14 January 2017

Menulis (4.1) Adrenalin Menulis

KEHENDAK. Permainan atau olah raga yang dapat memicu adrenalin, kini mewabah di banyak tempat. Di Taman Impian Jaya Ancol banyak pilihannya, dari Kora-Kora, Arung Jeram, Halilintar, Tornado sampai Histeria. Di Bali ada yang melambungkan badan ke udara. Kalau pengecut, jangan coba-coba. Ih, ngeri.     
Adrenalin dalam artian memicu kehendak menulis tentu tidak soal. Misalnya membaca,  berdiskusi, mengamati dan menikmati keindahan alam akan menggetarkan dawai-dawai menulis. Bahkan, hal-hal ringan, hal-hal yang membeban pikiran sampai ke hal paling serius kalau dimenej dapat memacu adrenalin menulis.    
Misalkan reaksi kaum Muslim. Begitu sekelompok penganut Nasrani pencari sensasi dengan berkehendak membakar Al-Qur’an dari segala penjuru dunia berhamburan tulisan memprotesnya. Adrenalin banyak orang terpicu dan terpacu untuk menulis. Beragam tulisan ditulis sebagai reaksinya.  
Pada awalnya tidak ada kehendak menulis, tetapi begitu ada pantikan semangat tidak terbendung. Jantung seolah dipacu, darah serasa menggelegak naik ke ubun-ubun, jari-jari tangan resah untuk segera menari-nari di keyboard komputer.  Terpacu untuk menulis, adrenalin menulis.
Dalam kehidupan tidak dipungkiri adrenalin terpicu ketika merespon hal-hal dari luar diri. Selain faktor eksternal, faktor internal picuannya lebih dahsyat. Memicu dan memacu adrenalin menulis dari dalam diri jauh lebih mudah. Kita tidak perlu menunggu momen, desakan deadline, atau harap-harap yang dikibarkan dari luar diri. Apabila ada kehendak langsung ditulis.    
Pernah ke kota Banjarmasin? Duh, indahnya. Kota Banjarmasin dibelah sungai Martapura dan ‘dijaga’ sungai Barito yang lebarnya sekilometeran dengan anak-anak sungainya sehingga disebut ‘Kota Seribu Sungai’. Memicu adrenalin menulis.    
Begitu pula bila ingin mempublikasikan penemuan, menceritakan kampung yang asri, kampus yang tidak mencerahkan sebagai candradimuka intelektualitas, pengalaman berumah tangga, atau sekadar kelucuan pelantikan Kepala Daerah, monggo ditulis. Banyak ragam hal yang bisa ditulis.    
Jangan hanya tergantung picuan eksternal. Jangan sekadar merespon. Menulis pada dasarnya menjual ide. Ide datang dari pikiran. Pikiran disambungsampaikan. Apabila menginginkan adrenalin menulis terpacu, perbanyak ide, kembang dan matangkan ide. Lebih ke hulu, picu ide, dapatkan ide, ciptakan ide. Jangan menunggu ide. Perbanyak membaca.   
Adrenalin menulis adalah aplikasi mindset, kehendak kuat menuangkan pikiran, gagasan atau ide. Apa-apa yang bersemayam di ranah pikiran dikomunikasikan. Mari picu dan pacu adrenalin menulis. Dengan menulis tentunya.     
Bagaimana menurut Sampeyan?

Share this

0 Comment to "Menulis (4.1) Adrenalin Menulis"

Post a Comment