Nur Laili Agustina
Mahasiswa UIN Malang
Mahasiswa UIN Malang
MENULIS manakala dimaknai sebagai menggoreskan pena, sungguh sangat
mudah. Siapkan pena dan secarik kertas, goreskan rangkaian huruf,
jadilah tulisan. Tetapi, menulis yang kita maksud bukanlah menulis
sekadar menulis melainkan menulis bermakna.
Menulis bermakna tentu tidak semudah itu, sebab memerlukan ide, kreativitas, inovatif sampai sikap kritis. Bagi saya justru disitu masalahnya. Dapat dikatakan saya baru mempunyai kemauan untuk menulis. Karena itu, sedikit demi sedikit harus mengembangkan pikiran kritis, kreatif dan inovatif. Sudah begitu, saya sudah lama tidak menulis. Seingat saya, terakhir menulis tahun 2013 saat duduk dikelas XII di Madrasah Aliyah. Saat itu saya menulis beberapa cerpen untuk sahabat sebagai kenang-kenangan perpisahan.
Tidak kreatif menulis? Bisa jadi. Sejujurnya, keinginan untuk menulis
menggebu-gebu, tetapi berbagai kesulitan tidak terhindarkan. Satu
diantaranya, kalau tidak mood bingung mau menulis. Kalau menulis, putus
ditengah jalan, belum tulisan selesai, mandeg. Hal tersebut terjadi
berulang-ulang.
Pernah suatu kali saya paksakan menulis, tetapi cerita yang saya
tulis membingungkan dan berkesan ruwet yang membuat saya sebal. Ya,
sampai saat ini sayapun belum menghasilkan tulisan yang bagus.
Akibatnya, berbagai pertimbangan muncul saat akan memulai menulis,
ragu-ragu, nanti tidak disukai orang, atau topiknya jadul.
Tulisan sebaiknya tentu bersifat up date. Sebaliknya, saya tergolong
kudet alias kurang up date. Terlepas informasi kebaruan tidak
penting-penting amat, sebaiknya kita mengetahuinya. Dulu, saya tidak
terlalu memperdulikan informasi, baik tingkat Indonesia maupun yang lagi
ngetren di dunia. Begitu sebelum saya mempunyai handphone android,
begitu pula setelah memiliki handphone android, tidak pernah tahu
informasi-informasi terkini. Misalnya, ketika para netizen ramai-ramai
memasang foto profil di facebook dengan bendera merah putih biru, dan
tidak pula memahami hashtag, Pray for Paris. Saya tidak tahu kenapa, eit
ternyata ada pemboman di Paris. Berita tersebut saya dapatkan setelah
searching di Mbah Google.
Sekarang saya mencoba tidak lepas dari informasi, berburu informasi
internet, dan membaca beragam artikel. Saya berharap dengan demikian
akan memberikan saya inspirasi yang bagus, dan mulai menulis dengan
informasi tersebut. Memang tidak semua informasi di internet bagus,
tetapi sebagai mahasiswa tentu kita bisa memilah dan memilih mana
informasi yang berkualitas.
Saat ini saya berusaha memperbaiki cara menulis berdasarkan informasi
yang baik dan cara menulis yang benar. Bak kata orang bijak: Banyaklah
membaca dan kamu akan bisa menulis. Tentu dalam artian, kalau kita
banyak membaca kita akan mempunyai banyak informasi, baik itu membaca
buku, koran, majalah, artikel-artikel di blog dan lain-lain. Saya pun
mulai menerapkan hal tersebut. Sekarang saya sudah mulai membaca serius
buku per buku sehingga mendapat informasi yang memadai.
Salah satu cara efektif untuk memperindah dan memperbaiki tulisan
adalah mencari teman yang semisi dengan kita. Dengan demikian kita bisa
mengetahui bagaimana ”karakter” tulisan kita atau dimana saja letak
kekurangannya. Sharing permasalahan dengan teman juga akan membantu agar
bisa lebih baik dalam menulis. Kita bisa sharing dengan siapa saja,
teman-teman yang berkeinginan menulis, mendiskusikan topik yang trending
atau apa saja. Dengan sharing dan komunikasi dalam bingkai diskusi,
kita sama-sama mendapat inspirasi dalam menulis.
Mematri apa yang diutarakan di atas, sebelum menulis sangatlah
penting perihal apa tujuan kita menulis. Tujuan tersebut akan menuntun
kita dalam menulis sehingga tulisan fokus tidak melebar kesana kemari.
Tulisan yang tidak berbasis tujuan cenderung menjadi tulisan tidak
karuan dan membingungkan sehingga sukar dipahami.
Tidak kalah penting, tipe tulisan yang akan ditulis. Tipe tulisan dan
sasaran pembaca akan memudahkan kita menulis dan memudahkan pembaca
memahaminya.
Selanjutnya, kita harus percaya bahwa setiap tulisan berharga. Yakini bahwa tulisan kita adalah yang terbaik, dan kalau ada kelemahannya, perbaiki. Jangan mudah menyerah dalam menulis. “Karena ilmu itu adalah barang buruan dan menulis adalah pengikatnya, maka ikatlah buruanmu dengan ikatan yang kuat” (Imam As-Syafi’i).
Salam.
0 Comment to "Menulis (3.9): Problematika Dalam Menulis"
Post a Comment