Tuesday 6 December 2016

Menulis (3.9): Problematika Dalam Menulis

Nur Laili Agustina
Mahasiswa UIN Malang

MENULIS manakala dimaknai sebagai menggoreskan pena, sungguh sangat mudah. Siapkan pena dan secarik kertas, goreskan rangkaian huruf, jadilah tulisan. Tetapi, menulis yang kita maksud bukanlah menulis sekadar menulis melainkan menulis bermakna.

Menulis bermakna tentu tidak semudah itu, sebab memerlukan ide, kreativitas, inovatif sampai sikap kritis. Bagi saya justru disitu masalahnya. Dapat dikatakan saya baru mempunyai kemauan untuk menulis. Karena itu, sedikit demi sedikit harus mengembangkan pikiran kritis, kreatif dan inovatif. Sudah begitu, saya sudah lama tidak menulis. Seingat saya, terakhir menulis tahun 2013 saat duduk dikelas XII di Madrasah Aliyah. Saat itu saya menulis beberapa cerpen untuk sahabat sebagai kenang-kenangan perpisahan.

Tidak kreatif menulis? Bisa jadi. Sejujurnya, keinginan untuk menulis menggebu-gebu, tetapi berbagai kesulitan tidak terhindarkan. Satu diantaranya, kalau tidak mood bingung mau menulis. Kalau menulis, putus ditengah jalan, belum tulisan selesai, mandeg. Hal tersebut terjadi berulang-ulang.

Pernah suatu kali saya paksakan menulis, tetapi cerita yang saya tulis membingungkan dan berkesan ruwet yang membuat saya sebal. Ya, sampai saat ini sayapun belum menghasilkan tulisan yang bagus. Akibatnya, berbagai pertimbangan muncul saat akan memulai menulis, ragu-ragu, nanti tidak disukai orang, atau topiknya jadul.


Tulisan sebaiknya tentu bersifat up date. Sebaliknya, saya tergolong kudet alias kurang up date. Terlepas informasi kebaruan tidak penting-penting amat, sebaiknya kita mengetahuinya. Dulu, saya tidak terlalu memperdulikan informasi, baik tingkat Indonesia maupun yang lagi ngetren di dunia. Begitu sebelum saya mempunyai handphone android, begitu pula setelah memiliki handphone android, tidak pernah tahu informasi-informasi terkini. Misalnya, ketika para netizen ramai-ramai memasang foto profil di facebook dengan bendera merah putih biru, dan tidak pula memahami hashtag, Pray for Paris. Saya tidak tahu kenapa, eit ternyata ada pemboman di Paris. Berita tersebut saya dapatkan setelah searching di Mbah Google.

Sekarang saya mencoba tidak lepas dari informasi, berburu informasi internet, dan membaca beragam artikel. Saya berharap dengan demikian akan memberikan saya inspirasi yang bagus, dan mulai menulis dengan informasi tersebut. Memang tidak semua informasi di internet bagus, tetapi sebagai mahasiswa tentu kita bisa memilah dan memilih mana informasi yang berkualitas.

Saat ini saya berusaha memperbaiki cara menulis berdasarkan informasi yang baik dan cara menulis yang benar. Bak kata orang bijak: Banyaklah membaca dan kamu akan bisa menulis. Tentu dalam artian, kalau kita banyak membaca kita akan mempunyai banyak informasi, baik itu membaca buku, koran, majalah, artikel-artikel di blog dan lain-lain. Saya pun mulai menerapkan hal tersebut. Sekarang saya sudah mulai membaca serius buku per buku sehingga mendapat informasi yang memadai.

Salah satu cara efektif untuk memperindah dan memperbaiki tulisan adalah mencari teman yang semisi dengan kita. Dengan demikian kita bisa mengetahui bagaimana ”karakter” tulisan kita atau dimana saja letak kekurangannya. Sharing permasalahan dengan teman juga akan membantu agar bisa lebih baik dalam menulis. Kita bisa sharing dengan siapa saja, teman-teman yang berkeinginan menulis, mendiskusikan topik yang trending atau apa saja. Dengan sharing dan komunikasi dalam bingkai diskusi, kita sama-sama mendapat inspirasi dalam menulis.

Mematri apa yang diutarakan di atas, sebelum menulis sangatlah penting perihal apa tujuan kita menulis. Tujuan tersebut akan menuntun kita dalam menulis sehingga tulisan fokus tidak melebar kesana kemari. Tulisan yang tidak berbasis tujuan cenderung menjadi tulisan tidak karuan dan membingungkan sehingga sukar dipahami.

Tidak kalah penting, tipe tulisan yang akan ditulis. Tipe tulisan dan sasaran pembaca akan memudahkan kita menulis dan memudahkan pembaca memahaminya.

Selanjutnya, kita harus percaya bahwa setiap tulisan berharga. Yakini bahwa tulisan kita adalah yang terbaik, dan kalau ada kelemahannya, perbaiki. Jangan mudah menyerah dalam menulis. “Karena ilmu itu adalah barang buruan dan menulis adalah pengikatnya, maka ikatlah buruanmu dengan ikatan yang kuat” (Imam As-Syafi’i).

Salam.

Share this

0 Comment to "Menulis (3.9): Problematika Dalam Menulis"

Post a Comment