Thursday 15 December 2016

Menulis (6.2): Menulis Membangun Silaturrahim

Ersis Warmansyah Abbas

MEMBANGUN silaturrahim mendatangkan rezeki. Al-Qur’an dan Rasulullah memerinthakan menjalinan silaturrahim. Kalau silaturrahim beres, duh nyamannya. Caranya? Satu hal yang mengagumkan melalui tulisan. Maksudnya?

Jujur saja, menulis di media cetak seperti menulis buku, melempangkan jalan berteman dengan banyak orang. Mendatangkan rezeki sudah pasti. Hitungannya, lebih banyak positifnya dari negatifnya. Hal tersebut terus melebar dalam guliran menyenangkan. Apa pasal?

Sekitar dua tahun lalu, dikagetkan ketika memasuki wilayah blog. Tidak sampai setahun mendapat teman ribuan orang, komunikasi dunia maya marak, menjalin silaturrahim. Rezeki mengiringi. Tidak ada sangkutan darah, atau profesi, bila ‘kopi darat’ duh nyamannya. Tidak bertatap muka, jalinan silaturrahim terkadang lebih kuat dari talian saudara. Begitu dahsyatnya jalinan silaturrahim sebagai kandungan menulis di dunia maya. Setiap saat dapat berkomunikasi tanpa sekat jarak dan waktu. Mengasyikkan memang.

Kemudian mucul Facebook yang lebih lincah. Jangankan melalui pertukaran artikel atau perbincangan serius untuk satu hal, dari komen-komen sambil lalu saja, rasanya begitu akrab. Luar biasa.

Dalam kegiatan menulis, tidak terhitung lagi ide dapat dirakit dari komentar konyol sekalipun. Begitu dahsyatnya jalian silaturrahim dari menulis. Menakjubkan.

Sejauh ini tidak menolerasi diri memanfaatkan blog atau FB untuk menyerang seseorang, kalau secara umum dalam batas toleransi tertentu boleh jadi ya. Karena itu, tidak doyan mengunjungi atau mengomentari blog atau FB yang bermuatan hal ‘miring-miring’. Sebab, titik berangkatnya menjalin pertemanan. Pertemanan yang menyenangkan.

Bahwa, terutama dalam semangat memotivasi ada pihak yang terkritik, lalu membangkitkan marah dan amarah, itu di luar maksud. Soalnya, banyak orang menarik contoh umum ke wilayah pribadi. Seolah-olah yang diserang dirinya. Terlalu PD kale. Peruntukkan umum dijadikan ”milik pribadi”. Loba namanya. Dunia maya wilayah publik.

Sebelumnya tidak terbayangkan, bagaimana bisa berkomunikasi dengan Suryanita di Jepang, orang sekampung yang belum pernah bersua, Kwek di Taiwan, atau Tari di Chile. Teman-teman buruh migran di Hongkong, Korea Selatan atau Amerika Serikat. Belum lagi orang cerdas di banyak kampus. Hampir di setiap kota Nusantara saya mempunyai teman akrab tanpa bersua. Ya, karena menulis. Tersebab ada fasilitas internet, blog dan FB. Dunia tanpa batas.

Hal-hal sedemikian menyenangkan. Alangkah tidak bijak manakala kehebatan dunia maya dijadikan ajang saling tikam. Rugi. Ekspresikan diri, jalin silaturrahim. Bila ada senggolan, maafkan. Senangkan diri, senangkan teman-teman, rubah musuh menjadi teman dalam damainya komunikasi. Mari bercanda sembari membangun kompetensi menulis. Menulis menyenangkan.

Bagaimana menurut Sampeyan?

Share this

0 Comment to "Menulis (6.2): Menulis Membangun Silaturrahim"

Post a Comment