Thursday 15 December 2016

Menulis (5.2): Menulis Energi Positif

Ersis Warmansyah Abbas

MENULIS melelahkan, hasilnya tidak jelas. Bisanya menulis saja, apa yang ditulis tidak sesuai dengan yang dilakukan. Menulis yang baik seirama dengan perilaku. Dan, seterusnya. Bahkan, pernah dituding: Ersis tidak rasional, kalau semua orang menjadi menulis, siapa yang membaca.

Waduh, soal pandangan, hal logika seseorang tentu orang lain tidak bisa memaksakan. Masing-masing punya latar pemikiran. Kenapa main paksa. Kalau tidak berminat tentang satu hal, tidak sesuai prinsip, ya tidak usah dilihat, dikomentari, atau dipikirkan. Kalau seseorang melakukan apa yang diyakininya, selama tidak melabrak yang lain, dibiarkan saja barangkali lebih positif.

Saya mencatat ‘beberapa kawan’, sejak aktif di blog, FB, sharing menulis, atau menerbitkan buku, berpenilaian miring. Bahkan, ada yang kenal, bersua, apalagi bekerja sama saja belum pernah. Memupuk ketidaknyamanan. Salah? Bukan hal tersebut yang dijadikan diskusi tulisan kali ini. Apa itu?

Energi. Kepada yang sharing menulis saya tekankan, apa pun pandangan orang, dari setuju sampai membantai, itulah mereka. Jangan habiskan energi memikirkannya. Termasuk dari kritikan dan celaan. Energi sebaiknya dicurahkan pada konsep belajar. Kalau belajar, keterampilan hasilnya.

Menulis, bagi saya justru memenej energi, menghemat energi. Ha? Saat ini sedang berkuliah. Ada tugas membaca, menganalisis, diskusi, sampai menulis banyak hal. Nah, apa-apa yang pantas dibentangkan untuk publik, ditulis untuk publik. Tidak perlu menghabiskan eneri khusus untuk menulis hal khusus menggunakan waktu khusus. Berlaku begitu saja. Bahkan, tanpa terasa, tanpa beban.

Dalam pembelajaran diri, aneka pengalaman dipungut. Menuliskan pengalaman, mempertajam pemahaman dan memudahkan diingat untuk dijadikan entry behaviour. Menghemat energi. Tidak usah mengeluarkan energi memancing mood, menunggu mood, atau membuang-buang energi menghamba, menunggu in the mood. Menulis mengalir saja. Itu tidak cerdas.

Naga-naganya, energi terkuras atas banyak kasus bangsa ini. Siapa menjabat menteri anu, apa program prioritas pemerintah memajukan bangsa yang tengah dilanda berbagai hal tidak menyamankan ini, kurang terpahami. Energi bangsa terkuras atas beberapa kasus memprihatinkan. Bagus kalau dijadikan pijakan perbaikan. Energi terkuras.

Tidak salah kiranya, setiap kita mampu memindai energi diri, dan mengelolanya untuk hal lebih bermanfaat. Syukur dalam kontribusi membangun. Alangkah sia-sianya kalau dihabiskan, misalnya untuk berdebat, untuk mencungkil kekurangan bukan mengimbuhi agar lebih baik. Setiap kita penentu energi diri. Menggunakan energi untuk menulis, kiranya tidak salah. Mana tahu, lho.

Bagaimana menurut Sampeyan?

Share this

0 Comment to "Menulis (5.2): Menulis Energi Positif"

Post a Comment