Thursday 15 December 2016

Menulis (2.3) Menuliskan Pengalaman

Ersis Warmansyah Abbas

MENULIS sangat mudah manakala berdasarkan pengetahuan, dan atau, pengalaman dengan sentuhan imajinasi. Meminjam istilah iklan satu produk, menulis enjoy aja. Nikmati tulisan berikut.

Siang tadi di kantin sekolah, aku melihat seorang cewek berambut panjang. Kulitnya putih, hidungnya mancung. Aku tidak tahu siapa dia; namanya, kelasnya, atau bapaknya. Yang kutahu: jantungku berdetak lebih kencang. Mendebar-debarkan dada ketika pandangku ditangkapnya.

Ah, sial. Si Anang yang kutanya siapa gerangan anak tersebut, pun tak tahu. Aku bingung. Konsentrasi mengikuti pelajaran Pak Bambang, buyar. Pada pelajaran terakhir, yang diasuh Bu Sri, aku ditegur: “Hai Bekantan. Kalau kamu mengantuk, basuh muka dulu sana.” Duh, malunya ditatap teman-teman dengan senyum sindiran. Sial. Mereka tidak tahu aku mendapat pengalaman ”aneh” melihat gadis berambut panjang di kantin sekolah.

Begitu bel pertanda jam terakhir berbunyi, kusambar tas di bawah meja dan kusandangkan di punggung. Bergegas ke luar kelas tanpa menghiraukan suara Rudy yang mengingatkan, dia minta dibonceng, menuju tempat parkir. Sial. Si Doi duduk diboncengan seseorang. Siapa? Pacarnya? Atau, ah …

Dapat dipastikan, hampir setiap orang mengalami ketertarikan pada lawan jenisnya. Tidak penting ketika di SD, semasa di SMP, SMU, waktu awal-awal perkuliahan, atau bisa juga di kampung, di mal atau saat rekreasi.

Obbie Mesakh mengenang masa jatuh cinta semasa sekolah lewat lagu, Kisah Kasih di Sekolah. … Resah dan gelisah menunggu di sini … Di sudut sekolah di tempat yang kau janjikan … Ingin jumpa denganmu walau mencuri waktu …

Lagu Obbie Mesakh melegenda. Dinyanyikan pada reuni sekolah atau acara kangen-kangenan di karaoke. Kalau yang ditulis sebagai cerpen atau novel, tidak terhitung jumlahnya. Hampir semua orang mempunyai kenangan manis semasa sekolah. Bahan bagus untuk ditulis.

Kita mengalami aneka kenangan ‘manis’ dengan Pak Guru, Ibu Guru. Akrab dengan Pak Satpam sekolah, atau tidak membayar ketika makan di warung Bu Rochi. Belum lagi kenangan ketika camping. Pengalaman, atau kenangan semasa sekolah, kalau ditulis bisa jutaan halaman. Sampai mati menuliskannya, tidak akan habis.

Pernah ke pantai? Ke gunung? Melihat air terjun? Menatap gambar yang indah-indah? Pastilah. Pikiran dan perasaan dibuainya. Lalu apa yang dilakukan? Terlalu ‘mewah’ dibiarkan mengendap di memori.

Tulis. Hal-hal berkesan paling mudah ditulis. Ketika dolan-dolan ke Singapura dan Malaysia saya menulis dan mempublikasikan di media cetak, bahkan menjadi bagian buku. Berkelana tentu menyenangkan, menuliskan yang menyenangkan tentu menyenangkan. Membaca tulisan menyenangkan, sangat menyenangkan. Mari menuliskan kisah kehidupan.

Menjadikan menulis menyenangkan.

Bagaimana menurut Sampeyan?

Share this

0 Comment to "Menulis (2.3) Menuliskan Pengalaman"

Post a Comment