Thursday 15 December 2016

Menulis (4.9): Menulis Menunaikan Tugas

Ersis Warmasyah Abbas

BULAN Desember tahun ini bulan ‘kepuasan’ menulis. Minggu lalu Hakim dan Qomar ke Bandung membawa bahan untuk buku Rudy Resnawan, Walikota Banjarbaru. Tiga hari menulis maraton. Kemarin sore, Qomar datang membawa bahan buku PDAM Bandarmasih. Buku ini ditarget dua hari sebab menyusul kemudian menulis Sejarah Kotabaru.

Padahal, minggu ini punya target menyelesaikan beberapa tentang menulis. Beberapa buku antre untuk ditulis, dan 7 (tujuh) makalah perkuliahan. Dua makalah untuk dipresentasikan, lima untuk tugas kuliah. Harus menulis ekstra cepat. Dan, itu menyenangkan.

Sebenarnya, tumpukan tugas karena ‘kecelakaan’. Saya dan Bambang Subiyakto, sebenarnya tidak berniat menempuh pendidikan Doktoral (S3) tahun ini. Tapi, karena ‘dipaksa’ ikut tes, dan lulus, dapat beasiswa BPPS, ya kuliah jadinya. Prosesnya cepat, hingga tidak sempat memikirkan segala tetek-bengek persiapannya. Hidup sudah digariskan.

Akan halnya buku-buku proyek, kontraknya sudah ditandatangani sejak awal tahun, kecuali buku PDAM sebagai proyek dadakan yang disepakati bulan November. Itulah yang dinamakan menulis menunaikan tugas. Sama tingkatnya dengan menulis untuk keperluan kuliah. Menulis selain itu, apakah karena suka, iseng, memotivasi, atau apa begitu, tidak penting. Yang penting, menulis.

Mungkin ada yang menganggap saya pamer. Terserah. Saya sedang menulis buku berdasarkan pengalaman langsung. Itulah sebabnya bereksperimen, berpuasa karena ingin merasakan bagaimana menulis saat lapar. Bagaimana menulis saat kuliah, seminar, mendengar pidato, dan seterusnya.

Konon, pengalaman langsung lebih murni. Entahlah. Saya tidak memikirkan atau mendiskusikan, apalagi berandai-andai dalam dalam bahasan logika sampai etika. Lakukan, lihat hasilnya. Pengalaman guru terbaik. Ada pula selipan mau, menulis sebaiknya dipahami dalam konteks belajar. Membiasakan menulis dengan melakukan, belajar dari menulis itu sendiri. Alias, praktik menulis.

Keyakinan semakin kokoh. Belajar teori OK, mengikuti nasehat penulis hebat OK, mencerna anjuran Raja-Raja Komentar, pun OK. Tetapi, belajar menulis sesungguhnya, tetaplah melakukan, menulis.

Artinya, siapa pun yang membangun kompetensi menulis, dengan melakukan. Bayangkan, Tim sepakbola Indonesia dikalahkan oleh Laos. Dulu, Indonesia jawara tingkat ASEAN. Kini, dihajar Malaysia, Thailand, dan Singapura. Semakin hari semakin menyedihkan, Vietnam, Burma, dan Laos ikut-ikutan menggebuk. Saya tidak menyelaraskan dengan semakin hebatnya pengamat, komentator sepakbola di TV-TV nasional. Menulis belajar, pembelajaran, menjadi Manusia Pembelajar.

Bagaimana menurut Sampeyan?

Share this

0 Comment to "Menulis (4.9): Menulis Menunaikan Tugas"

Post a Comment