Thursday 15 December 2016

Menulis (2.7) Menulis Melatih Diri

Ersis Warmansyah Abbas

KOMPARASI paling saya sukai dalam menulis mudah dengan belajar menyetir. Guru menyetir memberi pengarahan: ”Buka pintu mobil, masuk, duduk yang mantap, pandangan lurus ke depan,pegang stir kuat-kuat, injak kopling, stater, injak pedal gas, kurangi tekannya pelan-pelan … dan wuuuuuuung. Mesin mati.

Äkibatnya, nyali ciut, berpeluh dingin. Kalau tekad tidak kuat berakibat ketakutan. Bisa menghidupkan dan menjalankan mobil, tahap berikutnya urusan masuk got atau bagian depan mobil ‘mencium’ tembok hal biasa saja. Kalau perempuan, belajar dengan suami bisa membuat marah suami, dan urusan bisa panjang. Belajar melalui kursus menyetir, bisa-bisa yang didapat SIM, bukan keterampilan.

Banyak orang memerlukan waktu dan energi yang tidak sedikit untuk belajar menyetir. Sementara anak-anak yang mangkal di terminal atau penambangan pasir, bermodal keberanian memindahkan mobil saat sopir istirahat. Kelak menjadi sopir handal. Tanpa belajar formal, tanpa kursus.

Sebaliknya, setelah fasih menyetir, tidak ada lagi urusan urutan seperti diajarkan guru menyetir. Berlari-lari kecil, buka pintu, duduk, kaki dan tangan beraksi, mobil mengaung wuss wuss … melaju sempurna. Musik mengalun nyaman, HP menempel telinga, terkadang sembari SMS-an. Menjadi hal reflektif.

Menulis lancar, menulis mudah, menulis reflektif atau apa pun namanya, tidak didapat dari berguru, rajin mengikuti aneka pelatihan atau konsultasi dengan penulis handal, mengeluarkan uang berjuta-juta untuk belajar. Tidak. Sekali-kali tidak. Lalu, dari mana ?
Kesemua pembelajaran dari luar diri hanyalah bersifat motivasi. Sekali lagi, motivasi. Kalau urat sadar, kemauan menulis tersentuh, Sampeyan akan terpacu untuk menulis. Ingat, Sampeyan, yang punya diri.

Wahai pembaca yang berbahagia. Coba ikuti pelatihan menulis. Dari tempat pelatihan, dalam perjalanan pulang, semangat ke ubun-ubun. Saking bersemangat, tidak mandi, tidak istirahat, tidak makan begitu sampai di rumah langsung menghidupkan komputer, menerapkan ilmu menulis. Hasilnya?

Ha ha … paling-paling satu atau dua alinea, mandek. Lain kali mengikuti pelatihan lagi, mandek lagi. Ejakulasi menulis namanya. Kenapa ya? Karena Sampeyan tidak lebih cerdas dari kedelai, maksud saya keledai he he. Keledai tidak masuk lubang dua kali. Lalu?

Perkuat menulisnya. Lakukan menulis. Menulis, menulis, dan terus menulis. Dari menulis itu belajar, berlatih. Insya Allah, Sampeyan menjadi sopir, … eit penulis bagus.

Bagaimana menurut Sampeyan?

Share this

0 Comment to "Menulis (2.7) Menulis Melatih Diri"

Post a Comment