Thursday 15 December 2016

Menulis (4.12) Menulis,Mengenang Pengalaman

Ersis Warmansyah Abbas

REKAN-rekan Bandjarbaroe Post dan Lembaga Pengkajian Kebudayaan dan Pembangunan Kalimantan (LPKPK) bergiliran ke Bandung. Beberapa pekerjaan harus diselesaikan dan setelah selesai membawa mereka ke pusat kota Bandung. Tempat yang tidak pernah dilewatkan, Cikapundung. Mereka tidak paham.

Semasa kuliah S2 di Bandung, dengan teman membuka fotokopi, ERAS FC di Panorama. Saya mendirikan Materpamur Agency sembari bekerja di HU Pelita Perwakilan Jawa Barat dan memasok koran ke IKIP dan kawasan Bandung Utara. Bermarkas di asrama Surau Awak, jalan Sersan Badjuri Dalam, nomor 8 Bandung.

Sebagai wartawan, sering minum teh di ruangan Rektor IKIP Bandung. Pak Fakry, PR I mempercayakan publikasi Lustrum VII IKIP Bandung. Kantor Golkar, Kodam Siliwangi, Telkom, Gedung Sate, NHI, menjadi area kerja. Hmm gratis masuk Studio East, berteman dengan bos TV Bandung, Pak Gunawan, dan mengikuti Paramitha Rusady dan Kang Ibing shooting Anemar Bangkong.

Mengasyikkan memang. Tetapi, yang lebih mengasyikkan, pada awalnya, tiap hari, bangun pukul 03.00. Bersegera ke Cikapundung, ke bursa koran. Aneka koran, tabloid, dan majalah diambil pada agen besar. Dari Cikapundung lewat jalan Braga, menenteng sampai di depan Balaikota Bandung. Naik angkot, turun di Geger Kalong Girang. Dari jam 05.00 sampai jam 07.00, terkadang jam 08.00 membagi koran. Setelah paham mendelegasikan kepada teman-teman di Surau Awak. Sampai pulang ke Banjarmasin, masih dapat royalti. Sekarang sudah diserahkan kepada mahasiswa. Apa hubungannya dengan menulis?

Bertahun-tahun sambil kuliah, membaca banyak koran, aneka majalah, dan tabloid. Untuk kuliah membaca dari How We Know sampai Individual in Society. Sekitar empat tahun ‘mewawancara’ banyak orang, mengunjungi banyak tempat, membaca banyak hal, dan menuliskannya. Saya menyulut polemik Agama dan Ilmu Pengetahuan di harian Pelita, berbulan-bulan. Menulis juga untuk banyak media cetak lainnya.

Pertanyaannya kemudian, kesemua itu diapakan? Urat kesadaran terpantik, kalau tidak dituliskan hanya menjadi kenangan pribadi. Kalau ditulis, mana tahu orang lain bisa termotivasi atau terinspirasi. Ersis yang berpengetahuan sekadarnya, berpengalaman biasa-biasa, bisa menuliskan walau agak konyol. Apalagi, kalau mereka yang serba hebat, duh asyiknya dinikmati.

Dalam kerangka menulis, manakala kita menulis dimulai dari pengetahuan, dan atau, pengalaman nyata, semakin ditulis semakin fasih. Bisa jadi pada awalnya biasa-biasa saja, tetapi semakin lama semakin berbobot.

Dengan kata lain, sekerdil apa pun pengetahuan dan pengalaman kita, dari pengalaman itulah kita belajar. Dus, dengan menuliskan pengalaman sendiri, kita belajar dari pengalaman, dan belajar menulis dari tulisan dari pengalaman.
Cikapundung. Masa berjuang dan memperjuangkan hidup. Kini, hanya menuliskan. Ringan saja, Bro.

Bagaimana menurut Sampeyan?

Share this

0 Comment to "Menulis (4.12) Menulis,Mengenang Pengalaman"

Post a Comment