Ersis Warmansyah Abbas
Sudah tiga kali naskah antologi puisi ini saya kirim ke penerbit dan ketiga kalinya dikembalikan. Alasan penerbit tidak jelas, Pak. Penerbit berterima kasih dikirimi naskah, namun saat ini belum memungkinkan untuk diterbitkan. Siapa yang tidak putus asa Pak?
DIPASTIKAN penerbit mempunyai kriteria tertentu atas naskah yang akan
diterbitkannya. Apalagi, menyangkut karya sastra. Tidak banyak penerbit
yang menggebu-gebu menerbitkan antologi puisi. Sekalipun demikian tidak
satu jalan untuk menerbitkan karya sastra.
Ada ketika saya ingin puisi saya diterbitkan. Setelah buku Nyaman
Memahami ESQ dan Menulis Sangat Mudah diterbitkan kepada direktur
penerbitnya meminta agar menerbitkan antologi puisi Surat Buat Kekasih.
Alhamdulillah diterbitkan. Saya mendapat bocoran, menerbitkan karya pusi
susah kembali modal. Ada memang karya sastra best seller, tetapi sangat
sedikit. Saya tahu diri, bukan penyair sekelas Rendra.
Untuk antologi berikutnya bagaimana kalau saya biayai? Penerbit setuju.
Ketika teman-teman ingin karya sastranya atau karya sastra bersama
diterbitkan, penerbitannya dalam bentuk kerjasama dalam arti sebagian
produknya dibeli agar penerbit tidak rugi. Kenapa demikian?
Ya, karena memahami kondisi obyektif. Siapa yang berkeinginan karya
puisinya diterbitkan? Masyak mau merugikan pihak lain? Yang benar saja.
Di dunia ini ada orang yang demi kesuksesannya tega merugikan orang
lain. Lakuan yang pasti tidak elok. Lalu bagaimana agar penerbit mau
menerbitkan karya sastra kita?
Tulislah karya sastra berkualitas yang laku di pasaran, pembaca mau
membeli. Tidak sedikit karya sastra, apakah antologi puisi, cerpen, atau
novel yang laku keras. Kenapa laku keras? Pastilah karena berkualitas
dan dibutuhkan pembaca.
Kebanyakan kita ”memastikan” kualitas berdasarkan persepsi, dan hal
tersebut yang tidak bersua pada buhul yang kuat dengan penerbit.
Manakala karya sastra berkualitas, bukannya ditolak, tetapi diminta oleh
penerbit. Penulis-penulis terkenal kewalahan melayani permintaan
penerbit. Sebagai penulis pemula, sadarkan diri.
Begitulah. Kebijakan penerbitan karya teman-teman Gerakan
Persahabatan Menulis (GPM) dimaknai dalam konteks belajar dan
membangkitkan kebanggaan dan membangun kepercayaan diri. Kenyataannya,
setelah menerbitkan karya bersama, dan dengan biaya GPM, beberapa orang
karya tulisnya diterbitkan tanpa merugikan penerbit.
Harap dicatat, penerbit itu tidak ada apa-apanya kalau tidak ada
penulis. Kalau tidak ada naskah untuk diterbitkan, penerbit gulung
tikar. Sekarang bangun pikiran pada jalan lurus, penerbit memerlukan
naskah. Syaratnya ya itu tadi, naskah berkualitas dan layak jual.
Selamat menulis.
0 Comment to "Menulis (4.8): Dikecewakan Penerbit"
Post a Comment