Thursday 15 December 2016

Menulis (4.2): GO: Menulis di Otak

Ersis Warmasyah Abbas

MENULIS di otak adalah cara menulis paling praktis. Kita bisa mengutak atik sesuka. Dapat dilakukan, dimana saja, kapan saja. Selama otak bisa dioperasikan, jadilah. Ibarat komputer, penyimpanannya sangat nyaman. Diistilahkan konstruksi pemikiran, ide, atau konsep terserah. Memori tidak terbatas. Kenapa menulis di otak?

Menyadarinya tidak sengaja. Dulu, ketika komputer belum populer, saya menulis memakai mesin tik. Kalau salah, harus di-tip-ex. Pitanya harus sering diganti. Sampai-sampai minyak goreng plus minyak tanah selalu tersedia. Kalau pita baru terus-menerus, mana tahan.

Pertama, kalau mengetik, salah alur dipaksakan dibetul-betulkan. Tidak ada istilah ti-pex. Saya agak curiga, Emha Ainun Najib, mungkin memakai teknik demikian. Saya melatih diri secara keras. Susah. Tetapi, akhirnya bisa juga pada taraf tertentu. Kedua, setelah menulis tanpa ti-pex dirasakan OK punya, beralih ke teknik lebih menantang. Apa yang akan ditulis ‘dimatangkan’ di otak. Menuliskan yang sudah matang (emang telor).

Wow, lebih dahsyat hasilnya. Misalnya, ketika ke Singapura dan Malaysia, sepanjang perjalanan menulis di otak. Apa yang dilihat, dirasakan, dan dipikirkan langsung ditulis. Tidak ada istilah nanti-nanti, setelah kembali ke hotel misalnya. Sepanjang perjalanan ditulis. Begitu sampai di hotel, menulis dimaknai sebagai menyalin. Ya, mudah to Bro. Menyalin atau mengetik doang.

Alhamdulillah, saya dimudahkan mendapat rahasia menulis. Teman-teman anggota KP EWA’MCo. kalau ditugaskan menulis di depan saya menjadi ajang tertawaan. Betapa tidak. Ada yang menggaruk-garuk kepala, matanya memandang ‘tanpa isi’ ke arah dinding, atau apa begitu. Kacian deh loe.

Begitulah. Kalau mengikuti seminar, hampir pasti saya menulis. Begitu bosan mendengar, apalagi kalau paparan pemakalah yang tidak jelas juntrungnya, ya menulis. Mengapa? Sepanjang perjalanan di mobil telah menulis di otak. Ada yang bertanya, kok bisa menulis begitu cepat? Ketika dijawab, telah ditulis di otak lebih duhulu, malah ditertawakan. Ya, sudah.

Menulis di otak, memang berbeda dengan menulis dalam artian konvensional alias mengetik. Menulis di otak selangkah lebih dulu. Apa yang dituangkan sudah ‘berbentuk’. Ibarat secangkir kopi yang awalnya di meja makan dipindahkan ke meja tempat bekerja. Tentu sangat berbeda dengan menyeduh kopi. Panaskan airnya, masukkan kopi dan gula dalam proporsi yang pas lalu diaduk dengan air panas, jadilah kopi. Ada jarak waktu, ada ruang yang terpangkas.

Setelah fasih menulis di otak, melaju ke tingkat lebih tinggi. Apa itu? Pada tulisan berikutnya dipaparkan. Yang ingin ditekankan, menulis dalam arti mengetik semisal di meja kerja, dimana memikirkan, mencari referensi, memilih diksi, atau apalah namanya dilakukan disaat mengetik, kuno itu. Kalau mau yang lebih kreatif, ya tulis dulu di otak. Ada yang lain, yang lebih canggih? Ada dong.

Bagaimana menurut Sampeyan?

Share this

0 Comment to "Menulis (4.2): GO: Menulis di Otak"

Post a Comment