Monday 19 December 2016

Menulis (4.4) Bersilaturrahim dan Berbagi

Badijo
GPM Ciputat

MENYITIR alasan Jarwo kepada Bang Haji bila ditegur soal gayanya mencari uang dalam animasi Adit dan Sopo Jarwo: “Hehe, biasa Bang, nyari tambahan”, kira-kira begitulah awal ketertarikan saya untuk menulis. Saya ingin mencari penghasilan tambahan.
 
Sebagai karyawan tata usaha di sekolah swasta, gaji saya pas-pasan. Saya ingin pendapatan tambahan bukan untuk gaya hidup yang semakin hedonis, tetapi untuk memenuhi kebutuhan seperti untuk membeli smartphone, laptop atau kendaraan.

Pikiran saya, jika menulis cerpen atau opini untuk media cetak tentu akan mendapat honor. Begitu pula kalau menulis buku tentu akan mendapatkan royalti. Kalau beberapa tulisan dimuat media cetak dalam sebulan dengan honor Rp.250.000,00-Rp.1.500.00,00 atau mendapatkan royalti buku 10% dari penerbit tentu sangat membatu finansial.

Begitulah niat awal saya menceburkan diri ke dunia tulis menulis. Ibarat sebuah bangunan, niat awal itu bagaikan sebuah fondasi. Karena itu saya berupaya membangun fondasi itu agar kokoh dan kuat. Setelah pondasi itu terbangun, saya mulai menyusun bagian-bagian bangunan yang lain.

Untuk itulah saya mempelajari ilmu kepenulisan karena menyadari kemampuan menulis perlu diasah. Saya memulai menulis dari nol dalam arti belum lagi menulis untuk mendapatkan uang. Saya baru pada tingkat menulis untuk, misalnya memenuhi tugas-tugas perkuliahan atau keperluan pekerjaan. Kemampuan dan pengalaman tersebut tentu berbeda dengan niat menulis untuk mendapatkan uang. Satu-satunya cara ya dengan belajar, membelajarkan diri.

Ya, tips-tips dan kiat menulis terdapat di berbagai koran dan majalah, saya kumpulkan dan dipelajari. Begitu pun dengan buku-buku tentang menulis. Karena motivasi saya ingin mencari uang tambahan, saya membeli buku Freelance Media, Cara Gampang Cari Uang, karya Zaenuddin HM.

Hadirnya internet semakin memperluas ladang perburuan ilmu kepenulisan. Meski telah hadir beberapa tahun sebelumnya, saya baru aktif memanfaatkan internet sejak tahun 2006. Belajar dari nol. Hal pertama yang ingin saya ketahui tentang email. Apa itu email dan bagaimana cara memanfaatkannya? Rasa ingin tahu yang begitu kuat menjadikan saya cepat mempelajari dan memanfaatkannya sesuai tujuan mempelajarinya.

Langkah selanjutnya bergabung dengan berbagai milis. Milis atau mailing list adalah grup diskusi di internet dimana setiap orang bisa berlangganan dan berikutserta di dalamnya. Anggota milis dapat membaca surat dari orang lain dan kemudian menanggapinya. Milis biasanya dibentuk berdasarkan bidang atau minat tertentu, misalnya teknologi, informasi, media, kepenulisan dan lain sebagainya. Penyedia layanan milis yaitu yahoogroups dan googlegroups. Melalui milis ini komunikasi dua atau multi arah sangat bagus untuk memupuk kemampuan menulis. Ketika kita bertanya, menjawab, atau menganalisis sesuatu bukankah kita menuliskannya?

Latihan menulis melalui milis lanjut ke tahap berikutnya, pengembaraan melalui browsing-browsing di halaman pencarian google. Kata kunci yang saya gunakan saat itu adalah menulis, belajar menulis, pelatihan menulis atau kepenulisan. Saya berkenalan dan bersilaturahim dengan banyak orang yang interes terhadap hal ikhwal menulis diantaranya Pak Ersis Warmansyah Abbas.

Saya mengenal Beliau melalui tulisan-tulisannya di portal menulis mudah. Pak Ersis menyebarkan virus menulis. Siapa saja yang membuka portal itu dan membacanya, maka 99% persen akan terkena virus tersebut. Tidak dapat tidak, membaca tulisan-tulisan yang diposting di portal tersebut membuat adrenalin menulis terpacu. Saya betul-betul menjadi korban diantara ribuan korban lainnya.

Alhamdulillah, virus tersebut bukanlah virus ganas dan mematikan. Virus tersebut diformulasikan dalam bingkai Ersis Writing Theori” (EWT). Tagline hebatnya “Menulis Tanpa Berguru.” Jurus-jurus menulis yang sempat saya pelajari yaitu, Menulis di Otak, Menulis Melawan Malas dan sebagainya.

Selain dengan Pak Ersis Warmansyah Abbas, saya bersilaturahim dengan Mas Bambang Trim, Andreas Harefa, Zulfikar Fuad, Jaleswari Pramudawardhani, Dodi Mawardi, Indari Mastuti, Jumari Haryadi Kohar dan masih banyak yang lain. Selain dengan sesama penulis, silaturahim akan terbangun antara penulis dengan para pembaca. Dan itu dengan ribuan bahkan bisa jadi puluhan ribu pembaca.

Karena itu, tidak diragukan lagi, dengan menulis, melalui tulisan, sesungguhnya kita berbagi, saling berbagi untuk dan terhadap sesama. Berbagi itu tidak harus berupa materi. Berbagilah apa yang kita punya untuk sesama. Informasi dan tips-tips bermanfaat bagi para pembaca, saya bagikan.

Menulis bagi seorang ahli atau pakar sebagai sarana berbagi ilmu sekaligus ladang amal. Bagi orang kebanyakan, berbagi pengalaman hidup atau kiat-kiat kehidupan yang bermanfaat tentu tidak kalah nilai kebaikannya. Sekecil apa pun hikmah yang terkadung dalam satu tulisan paling sederhana sekalipun, pastilah mempunyai nilai manfaat. Untuk itulah kita menulis, menulis yang bermanfaat.

Begitulah dalam perjalanan mengarungi belantara dunia tulis-menulis saya menemukan hikmah-hikmahnya. Jika awalnya ingin mencari tambahan uang, sekarang saya memantapkan menjadikan sebagai wahana bersilaturahim dan berbagi.

Bagi saya, dua hal itu teramat penting dan layak dijadikan tujuan menulis. Silaturahim memiliki keutamaan yakni memperbanyak rezeki dan memperpanjang umur. Berbagi hal-hal positif sebagai salah satu amal soleh yang berhadiah pahala. Sesuai apa kata pepatah,

“Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui.” Dengan menulis, saya bisa bersilaturahim dan berbagi dengan banyak orang. Bukan mustahil imbas dari semua itu saya bisa mendapatkan uang. Alhamdulillah.
 
Salam Menulis.

https://www.facebook.com/mas.badiyo?fref=ts

Share this

0 Comment to "Menulis (4.4) Bersilaturrahim dan Berbagi"

Post a Comment