Badijo
GPM Ciputat
GPM Ciputat
MENYITIR alasan Jarwo kepada Bang Haji bila ditegur soal gayanya
mencari uang dalam animasi Adit dan Sopo Jarwo: “Hehe, biasa Bang, nyari
tambahan”, kira-kira begitulah awal ketertarikan saya untuk menulis.
Saya ingin mencari penghasilan tambahan.
Sebagai karyawan tata usaha di sekolah swasta, gaji saya pas-pasan. Saya
ingin pendapatan tambahan bukan untuk gaya hidup yang semakin hedonis,
tetapi untuk memenuhi kebutuhan seperti untuk membeli smartphone, laptop
atau kendaraan.
Pikiran saya, jika menulis cerpen atau opini untuk media cetak tentu
akan mendapat honor. Begitu pula kalau menulis buku tentu akan
mendapatkan royalti. Kalau beberapa tulisan dimuat media cetak dalam
sebulan dengan honor Rp.250.000,00-Rp.1.500.00,00 atau mendapatkan
royalti buku 10% dari penerbit tentu sangat membatu finansial.
Begitulah niat awal saya menceburkan diri ke dunia tulis menulis.
Ibarat sebuah bangunan, niat awal itu bagaikan sebuah fondasi. Karena
itu saya berupaya membangun fondasi itu agar kokoh dan kuat. Setelah
pondasi itu terbangun, saya mulai menyusun bagian-bagian bangunan yang
lain.
Untuk itulah saya mempelajari ilmu kepenulisan karena menyadari
kemampuan menulis perlu diasah. Saya memulai menulis dari nol dalam arti
belum lagi menulis untuk mendapatkan uang. Saya baru pada tingkat
menulis untuk, misalnya memenuhi tugas-tugas perkuliahan atau keperluan
pekerjaan. Kemampuan dan pengalaman tersebut tentu berbeda dengan niat
menulis untuk mendapatkan uang. Satu-satunya cara ya dengan belajar,
membelajarkan diri.
Ya, tips-tips dan kiat menulis terdapat di berbagai koran dan
majalah, saya kumpulkan dan dipelajari. Begitu pun dengan buku-buku
tentang menulis. Karena motivasi saya ingin mencari uang tambahan, saya
membeli buku Freelance Media, Cara Gampang Cari Uang, karya Zaenuddin
HM.
Hadirnya internet semakin memperluas ladang perburuan ilmu
kepenulisan. Meski telah hadir beberapa tahun sebelumnya, saya baru
aktif memanfaatkan internet sejak tahun 2006. Belajar dari nol. Hal
pertama yang ingin saya ketahui tentang email. Apa itu email dan
bagaimana cara memanfaatkannya? Rasa ingin tahu yang begitu kuat
menjadikan saya cepat mempelajari dan memanfaatkannya sesuai tujuan
mempelajarinya.
Langkah selanjutnya bergabung dengan berbagai milis. Milis atau
mailing list adalah grup diskusi di internet dimana setiap orang bisa
berlangganan dan berikutserta di dalamnya. Anggota milis dapat membaca
surat dari orang lain dan kemudian menanggapinya. Milis biasanya
dibentuk berdasarkan bidang atau minat tertentu, misalnya teknologi,
informasi, media, kepenulisan dan lain sebagainya. Penyedia layanan
milis yaitu yahoogroups dan googlegroups. Melalui milis ini komunikasi
dua atau multi arah sangat bagus untuk memupuk kemampuan menulis. Ketika
kita bertanya, menjawab, atau menganalisis sesuatu bukankah kita
menuliskannya?
Latihan menulis melalui milis lanjut ke tahap berikutnya,
pengembaraan melalui browsing-browsing di halaman pencarian google. Kata
kunci yang saya gunakan saat itu adalah menulis, belajar menulis,
pelatihan menulis atau kepenulisan. Saya berkenalan dan bersilaturahim
dengan banyak orang yang interes terhadap hal ikhwal menulis diantaranya
Pak Ersis Warmansyah Abbas.
Saya mengenal Beliau melalui tulisan-tulisannya di portal menulis
mudah. Pak Ersis menyebarkan virus menulis. Siapa saja yang membuka
portal itu dan membacanya, maka 99% persen akan terkena virus tersebut.
Tidak dapat tidak, membaca tulisan-tulisan yang diposting di portal
tersebut membuat adrenalin menulis terpacu. Saya betul-betul menjadi
korban diantara ribuan korban lainnya.
Alhamdulillah, virus tersebut bukanlah virus ganas dan mematikan.
Virus tersebut diformulasikan dalam bingkai Ersis Writing Theori” (EWT).
Tagline hebatnya “Menulis Tanpa Berguru.” Jurus-jurus menulis yang
sempat saya pelajari yaitu, Menulis di Otak, Menulis Melawan Malas dan
sebagainya.
Selain dengan Pak Ersis Warmansyah Abbas, saya bersilaturahim dengan
Mas Bambang Trim, Andreas Harefa, Zulfikar Fuad, Jaleswari
Pramudawardhani, Dodi Mawardi, Indari Mastuti, Jumari Haryadi Kohar dan
masih banyak yang lain. Selain dengan sesama penulis, silaturahim akan
terbangun antara penulis dengan para pembaca. Dan itu dengan ribuan
bahkan bisa jadi puluhan ribu pembaca.
Karena itu, tidak diragukan lagi, dengan menulis, melalui tulisan,
sesungguhnya kita berbagi, saling berbagi untuk dan terhadap sesama.
Berbagi itu tidak harus berupa materi. Berbagilah apa yang kita punya
untuk sesama. Informasi dan tips-tips bermanfaat bagi para pembaca, saya
bagikan.
Menulis bagi seorang ahli atau pakar sebagai sarana berbagi ilmu
sekaligus ladang amal. Bagi orang kebanyakan, berbagi pengalaman hidup
atau kiat-kiat kehidupan yang bermanfaat tentu tidak kalah nilai
kebaikannya. Sekecil apa pun hikmah yang terkadung dalam satu tulisan
paling sederhana sekalipun, pastilah mempunyai nilai manfaat. Untuk
itulah kita menulis, menulis yang bermanfaat.
Begitulah dalam perjalanan mengarungi belantara dunia tulis-menulis
saya menemukan hikmah-hikmahnya. Jika awalnya ingin mencari tambahan
uang, sekarang saya memantapkan menjadikan sebagai wahana bersilaturahim
dan berbagi.
Bagi saya, dua hal itu teramat penting dan layak dijadikan tujuan
menulis. Silaturahim memiliki keutamaan yakni memperbanyak rezeki dan
memperpanjang umur. Berbagi hal-hal positif sebagai salah satu amal
soleh yang berhadiah pahala. Sesuai apa kata pepatah,
“Sekali merengkuh dayung, dua tiga pulau terlampaui.” Dengan menulis,
saya bisa bersilaturahim dan berbagi dengan banyak orang. Bukan
mustahil imbas dari semua itu saya bisa mendapatkan uang. Alhamdulillah.
Salam Menulis.
https://www.facebook.com/mas.badiyo?fref=ts
0 Comment to "Menulis (4.4) Bersilaturrahim dan Berbagi"
Post a Comment