Thursday 15 December 2016

Menulis (5.8): Menulis Mendapatkan

Ersis Warmansyah Abbas

BANDUNG, 5 Desember 2009. Seseorang mengantarkan dua voucher tiket menonton yang dapat digunakan di seluruh bioskop 21 dengan limit 31 Desember 2009. Dari Kompas. Saya langganan Kompas Rp.50.000,00 per bulan. Harga dua tiket Rp.30.000,00. Tulisan saya di Kompas pastilah dihargai ratusan ribu rupiah. Nah, langganan bulanan jadi murah bukan?

Itu contoh kecil. Menulis ya menulis saja, bukan disandarkan pada misalnya untuk mendapatkan voucher atau honor. Semua akibat dari tulisan. Kalau tidak dapat?

Ya, tidak apa-apa. Tulisan saya kan dilansir di Blog atau FB. Ada yang pantas dimediacetakkan, kirimkan. Dimuat, diberi voucher atau honor, Alhamdulillah. Masyak sih tidak ada keinginan mendapatkan? Ya, adalah. Tapi, bukan menjadi gayutan. Cara dan pola berpikirnya yang berbeda.
Saya belum pernah bertemu dengan Andrea Hirata. Kalau bertemu akan menanya satu hal: Apakah ketika menulis tetraloginya dimaksudkan mendapatkan uang?

Pastilah sudah, gajinya sebagai pegawai PT Telkom kalah jauh dari honor buku-bukunya. Saya pernah berbincang dengan Hernowo, Mahbub Junaidi, atau dengan banyak penulis hebat. Rata-rata jawaban mereka menulis karena memang ingin menulis. Ada yang ingin disampaikan. Ada dorongan diri. Karena itu, tidak heran, saya tidak hapal berapa tulisan yang ditulis. Menulis saja. Asyik saja begitu.

Kini, menulis lebih diarahkan untuk memotivasi. Entahlah, bukan atas dasar sok pintar menulis, hanya saja, berkeinginan, anak-anak muda lebih bergairah menulis. Tidak ada salahnya umur muda dimanfaatkan untuk memasihkan menulis. Karya tulis bangsa ini sangat tidak seimbang dengan populasi, apalagi apabila dibanding dengan negara-negara maju, dengan Vietnam saja kalah. Wow terlalu membuai ya.

Banyak yang tergairahkan, beberapa pesharing menulis tergetar urat menulisnya, dan tulisannya menjadi. Ada yang berupa artikel, bahkan buku. Kebanggaan yang menghantam qalbu mengalahkan cacian yang didapat.

Lagi pula, saya yakin, setiap orang mempunyai potensi menulis. Menggetarkan gairah menulis dengan pendidikan konvensional nampaknya perlu dilengkapi cara baru, —ih malu ah— saya menawarkan Ersis Writing Theory. Nah, mencipta teori itu yang dicibir.

Tetapi, tidak mengapa. Selama masih ada testimoni yang merasakan EWT bermanfaat, masih ada yang merasakan mendapatkan sesuatu dalam kerangka menulis, saya akan terus menulis memotivasi. Go go go.

Lagi pula, masyak sih merealisasikan ide saja tidak boleh. Ah, sebodo. Mari menulis, menulis, dan terus menulis. Dengan menulis kita mendapat pembelajaran, penyadaran, menjadi manusia pembelajar dan seterusnya.

Bagaimana menurut Sampeyan?

Share this

0 Comment to "Menulis (5.8): Menulis Mendapatkan"

Post a Comment