Monday 19 December 2016

Menulis (3.3): Menulis Menggali Inspirasi

Mahbub Junaedi
GPM Bumiayu

MENULIS merupakan aktivitas menceritakan sesuatu dari apa yang dipikirkan, telah dipikirkan, dan atau, yang ada di pikiran dalam rangkaian huruf yang tersusun dalam anyaman kata yang terikat dalam kalimat demi kalimat. Aktivitas tersebut dapat dilakukan dengan menyampaikannya dengan mulut atau melalui tulisan.
”Menceritakan” sesuatu melalui tulisan, baik berbentuk artikel, cerita, atau puisi, sesuai genre tulisan yang disukai masing-masing penulis. Bisa jadi, seseorang mengasah satu diantara kemampuan menulis, misalnya menulis cerita sehingga begitu mengasyikkan, dan mengalir menganaksungai yang berwujud naskah (tulisan). Ada pula orang yang piawai menulis berbagai genre tulisan dan semuanya terpapar bagus dan menarik. Sementara itu, tidak sedikit pula yang tertatih-tatih untuk menulis jenis tulisan apa pun.

Saya lebih tertarik dan ”terperangkap” menulis puisi, ranah menulis yang saya tekuni. Menulis puisi, bagi saya merupakan wahana penyampaian ungkapan melalui bahasa tersirat. Tentu saja hal tersebut berbeda dengan menulis artikel. Puisi mengharuskan ada kaidah yang dijadikan referensi, baik kaidah bahasa dan kaidah sastra (puisi) itu sendiri. Tetapi saat awal-awal menuliskan puisi masih dalam batas menuliskan yang tersusun dalam bait-bait yang miskin kaidah. Hal itu tidak menjadi penghalang untuk melakukan sambil terus belajar dan mempelajari referensi yang ada.

Kebiasaan menulis puisi, bagi saya, menjadi begitu mengasyikkan sebagai pilihan yang menjiwa. Pilihan yang boleh dikatakan sudah mendarah daging untuk terus digali demi mengembangkan potensi yang saya miliki. Tentu saja, hal tersebut memerlukan niat yang kuat. Ketika godaan malas datang, misalnya, tidak ada jalan lain selain dilawan agar malas tidak menjadi perangkap sehingga puisi yang akan ditulis tidak menjadi. Malas menulis musuh utama menulis itu sendiri. Untuk itu, tidak ada tempat untuk malas. Lawaaaaaaaan.
Untuk itulah inspirasi harus digali, dikembangkan, dan jangan sampai sumurnya kering.

Inspirasi, misalnya bisa kita reguk dan kembangkan dari alam; alam sebagai sumber inspirasi yang tidak akan pernah habis. Apalagi. kalau kita mampu mengembangkan imajinasi untuk dan mengungkapkannya dalam berbagai bentuk pola tuang.

Kita memang dituntut mengerahkan daya sebagai upaya menguatkan daya tersebut. Sebagai manusia kita dituntut untuk berpikir, berimajinasi, mengasah gagasan dan berbagai upaya untuk memunculkan semua potensi agar bisa diwujudkan menjadi tulisan.

Dalam pada itu, kita harus mampu membangun mindset bahwa menulis itu tidak sulit. Kita bilang sulit karena kita tidak mempunyai keberanian untuk mencoba, untuk melakukannya. Jangan memandang sesuatu dengan cara pandang yang keliru atau negatif seperti ada rasa jengah, merasa tidak mampu, malas, sulit dan apatis. Jika sudah demikian maka tidak mungkin atau kita akan berlaku seperti yang ada di benak dan perasaan kita tersebut. Kita adalah apa yang kita pikirkan.

Tepatnya, kita membutuhkan “tenaga” untuk melawan hal-hal negatif dengan melawannya dengan melakukannya dengan minat dan cinta. Kiatnya adalah keyakinan kuat untuk melawan rasa takut saat memulainya dan melawan kegagalan dengan cara terus-menerus melakukannya sebagai pembelajaran.

Ya, semua aktivitas memerlukan minat dan tekad kuat untuk merealisasikannya. Aktivitas menulis membutuhkan minat, tekad, dan keberanian untuk melakukannya. Menulis merupakan aktivitas keseharian menyenangkan yang sangat bermanfaat.

Salam menulis.

Share this

0 Comment to "Menulis (3.3): Menulis Menggali Inspirasi"

Post a Comment