Darmawijaya
Dosen Universitas Khairun Ternate
Dosen Universitas Khairun Ternate
Betapa banyak orang di dunia memiliki ilmu yang tinggi dan wawasan
yang luas, namun ilmu dan wawasan mereka itu sirna begitu saja dimakan
waktu, bagaikan ditelan bumi, lantaran mereka tidak menuliskannya, tidak
merakam di dalam buku. Seandainya mereka menulis buku, tentu ilmu dan
wawasan mereka sebagai sumber inspirasi bagi generasi selanjutnya.
Kita bisa belajar pada orang-orang terdahulu yang mau menuliskan ilmu
mereka. Dalam konteks dapat dipahami, menulis merupakan aktivitas mulia
dan paling indah dalam mewariskan ilmu yang akan hidup sepanjang zaman.
Al-Qur’an merupakan contoh konkret. Jika Rasulullah SAW tidak meminta
para Sahabat menulis wahyu Allah SWT, bisa jadi Al-Qur’an akan ditulis
berversi-versi. Jika dihafal saja, akan mudah terlupakan mengingat daya
ingat manusia terbatas.
Manusia pada dasarnya makhluk pelupa. Dengan ditulisnya Al-Qur’an dan
didukung para penghafal Al-Qur’an, maka keaslian Al Qur’an terjamin
sampai akhir zaman. Subhanallah. Inilah satu diantara rahasia hebat
aktivitas menulis. Menulis menjaga dan melestarikan ilmu sebagai sumber
inspirasi generasi manusia dari masa ke masa.
Dalam bidang hadis kita mengenal Imam Buhkari dan Imam Muslim. Mereka
adalah guru dan murid yang terkenal karena kegigihan, ketekunan dan
ketelitiannya. Shahih Bukhari dan Shahih Muslim buktinya sebagai
hadis-hadis yang paling tinggi kualitasnya, karena Imam Bukhari dan Imam
Muslim sangat kritis dalam proses penulisnya.
Dalam upaya mengumpulkan dan menuliskannya, Imam Bukhari berkelana ke
berbagai wilayah, di antaranya ke Maru, Naisabur, Rei, Baghdad,
Bashrah, Kufah, Makkah, Madinah, Mesir, Damsyik, Qaisariyah, Asqolan dan
Himmash. Beliau menghabiskan waktu sekitar enam belas tahun lamanya dan
mengumpulkan 600.000 hadis yang kemudian dikritisi untuk ditulis.
Kita yang hidup belakangan tinggal menikmati karya Beliau. Bukti,
aktivitas menulis begitu agung dan mulia. Maka berbahagialah kita
memiliki Imam Bukhari. Imam Bukhari telah melakukan yang terbaik buat
dirinya dan umat, sekarang apa yang bisa kita lakukan untuk diri kita
dan umat? Menulislah dan tulislah sesuatu yang bermanfaat.
Hal yang sama dilakukan Imam Muslim. Beliau belajar hadis mulai usia
12 tahun. Beliau menghabiskan umurnya selama 15 tahun guna mempelajari
dan mengumpulkan hadis dan melakukan perjalanan ke Hijaz, Irak, Syam,
Mesir dan tempat-tempat lainnya. Beliau ke Khurasan belajar kepada Yahya
Bin Yahya dan Ishaq bin Rahawaihi dan lain-lain; ke Roy untuk belajar
kepada Muhammad bin Mahran, Abu Gasan dan lain-lain; ke Irak untuk
belajar kepada Ahmad bin Hambal, Abdullah bin Maslamah dan lain-lain; ke
Hijaz untuk belajar kepada Saad bin Mansur dan Abu Masaab; dan pernah
ke Mesir untuk belajar hadis kepada al Amar bin Sawad, Harmalah bin
Yahya. Beliau pun mendatangi Baghdad untuk berguru kepada banyak ulama
hadis dan aktif mengunjungi majelis hadis.
Dengan berguru pada Imam Bukhari, maka Imam Muslim pun berhasil
mengikuti jejak Imam Bukhari. Imam Muslim murid Imam Bukhari yang paling
terkenal dan paling diakui karyanya. Berkat ketekunan, kegigihan dan
ketelitian mencari, mengumpul dan menulis hadis, ditulislah kitab Shahih
Muslim.
Kitab Shahih Muslim merupakan kitab kedua setelah kitab Shahih
Bukhari yang menjadi rujukan umat Islam dalam masalah hadis. Menurut
para ulama hadis, Kitab Shahih Muslim memiliki beberapa kelebihan bila
dibandingkan dengan Kitab Shahih Bukhari karena lebih sistematis. Di
dalam Kitab Shahih Muslim kita lebih mudah menemukan hadis yang sesuai
dengan permasalahan yang sedang kita hadapi.
Pembahasan wudhu, misalnya, ditulis dalam bab tentang wudhu. Jadi
jika kita ingin membahas masalah wudhu, kita tinggal membuka bab bagian
wudhu. Beberapa kelebihan Shahih Muslim:
1. Susunan isinya sangat tertib dan sistematis.
2. Pemilihan redaksi (matan) hadisnya sangat teliti dan cermat.
3. Seleksi dan akumulasi sanadnya sangat teliti, tidak tertukar-tukar, tidak lebih dan tidak kurang.
4. Penempatan dan pengelompokan pada hadis-hadis ke dalam tema atau tempat tertentu, sehingga sedikit sekali terjadi pengulangan penyebutan hadis.
1. Susunan isinya sangat tertib dan sistematis.
2. Pemilihan redaksi (matan) hadisnya sangat teliti dan cermat.
3. Seleksi dan akumulasi sanadnya sangat teliti, tidak tertukar-tukar, tidak lebih dan tidak kurang.
4. Penempatan dan pengelompokan pada hadis-hadis ke dalam tema atau tempat tertentu, sehingga sedikit sekali terjadi pengulangan penyebutan hadis.
Kitab Shahih Muslim berdasarkan penomorannya memuat 3.033 hadis.
Menurut An Nawawi, Shahih Muslim memuat 400 hadis dengan tanpa menyebut
yang berulang-ulang. Hadis-hadis tersebut merupakan penyaringan dari
300.000 hadis yang dikumpulkan Imam Muslim sekitar 15 tahun.
Dari paparan di atas jelaslah bagi kita, bahwa menulis itu adalah
sebuah kegiatan yang begitu mulia, karena dengan menulis itu kita bisa
mewariskan ilmu yang bermanfaat bagi generasi kita di masa yang akan
datang.
Dipastikan banyak buku-buku yang ditulis oleh orang-orang terdahulu
yang masih eksis hingga saat ini dan ilmunya dimanfaatkan oleh
masyarakat untuk meraih kehidupan yang lebih baik. Dari buku-buku
tersebut kita menangguk pembelajaran ilmu, dan inspirasi.
Ayo, mari menulis. Menulis sungguh aktivitas paling indah dalam
mewariskan ilmu yang bermanfaat untuk generasi akan datang. Selamat
menulis, selamat mewariskan ilmu yang bermanfaat dan selamat menuai
pahala dari menulis untuk meraih kehidupan yang lebih baik. Insya Allah.
Aamiin.
0 Comment to "Menulis (2.1): MEWARISKAN ILMU"
Post a Comment