Saturday 17 December 2016

Menulis (2.1): MEWARISKAN ILMU

Darmawijaya
Dosen Universitas Khairun Ternate

Betapa banyak orang di dunia memiliki ilmu yang tinggi dan wawasan yang luas, namun ilmu dan wawasan mereka itu sirna begitu saja dimakan waktu, bagaikan ditelan bumi, lantaran mereka tidak menuliskannya, tidak merakam di dalam buku. Seandainya mereka menulis buku, tentu ilmu dan wawasan mereka sebagai sumber inspirasi bagi generasi selanjutnya.
 
Kita bisa belajar pada orang-orang terdahulu yang mau menuliskan ilmu mereka. Dalam konteks dapat dipahami, menulis merupakan aktivitas mulia dan paling indah dalam mewariskan ilmu yang akan hidup sepanjang zaman.

Al-Qur’an merupakan contoh konkret. Jika Rasulullah SAW tidak meminta para Sahabat menulis wahyu Allah SWT, bisa jadi Al-Qur’an akan ditulis berversi-versi. Jika dihafal saja, akan mudah terlupakan mengingat daya ingat manusia terbatas.

Manusia pada dasarnya makhluk pelupa. Dengan ditulisnya Al-Qur’an dan didukung para penghafal Al-Qur’an, maka keaslian Al Qur’an terjamin sampai akhir zaman. Subhanallah. Inilah satu diantara rahasia hebat aktivitas menulis. Menulis menjaga dan melestarikan ilmu sebagai sumber inspirasi generasi manusia dari masa ke masa.

Dalam bidang hadis kita mengenal Imam Buhkari dan Imam Muslim. Mereka adalah guru dan murid yang terkenal karena kegigihan, ketekunan dan ketelitiannya. Shahih Bukhari dan Shahih Muslim buktinya sebagai hadis-hadis yang paling tinggi kualitasnya, karena Imam Bukhari dan Imam Muslim sangat kritis dalam proses penulisnya.

Dalam upaya mengumpulkan dan menuliskannya, Imam Bukhari berkelana ke berbagai wilayah, di antaranya ke Maru, Naisabur, Rei, Baghdad, Bashrah, Kufah, Makkah, Madinah, Mesir, Damsyik, Qaisariyah, Asqolan dan Himmash. Beliau menghabiskan waktu sekitar enam belas tahun lamanya dan mengumpulkan 600.000 hadis yang kemudian dikritisi untuk ditulis.

Kita yang hidup belakangan tinggal menikmati karya Beliau. Bukti, aktivitas menulis begitu agung dan mulia. Maka berbahagialah kita memiliki Imam Bukhari. Imam Bukhari telah melakukan yang terbaik buat dirinya dan umat, sekarang apa yang bisa kita lakukan untuk diri kita dan umat? Menulislah dan tulislah sesuatu yang bermanfaat.

Hal yang sama dilakukan Imam Muslim. Beliau belajar hadis mulai usia 12 tahun. Beliau menghabiskan umurnya selama 15 tahun guna mempelajari dan mengumpulkan hadis dan melakukan perjalanan ke Hijaz, Irak, Syam, Mesir dan tempat-tempat lainnya. Beliau ke Khurasan belajar kepada Yahya Bin Yahya dan Ishaq bin Rahawaihi dan lain-lain; ke Roy untuk belajar kepada Muhammad bin Mahran, Abu Gasan dan lain-lain; ke Irak untuk belajar kepada Ahmad bin Hambal, Abdullah bin Maslamah dan lain-lain; ke Hijaz untuk belajar kepada Saad bin Mansur dan Abu Masaab; dan pernah ke Mesir untuk belajar hadis kepada al Amar bin Sawad, Harmalah bin Yahya. Beliau pun mendatangi Baghdad untuk berguru kepada banyak ulama hadis dan aktif mengunjungi majelis hadis.

Dengan berguru pada Imam Bukhari, maka Imam Muslim pun berhasil mengikuti jejak Imam Bukhari. Imam Muslim murid Imam Bukhari yang paling terkenal dan paling diakui karyanya. Berkat ketekunan, kegigihan dan ketelitian mencari, mengumpul dan menulis hadis, ditulislah kitab Shahih Muslim.

Kitab Shahih Muslim merupakan kitab kedua setelah kitab Shahih Bukhari yang menjadi rujukan umat Islam dalam masalah hadis. Menurut para ulama hadis, Kitab Shahih Muslim memiliki beberapa kelebihan bila dibandingkan dengan Kitab Shahih Bukhari karena lebih sistematis. Di dalam Kitab Shahih Muslim kita lebih mudah menemukan hadis yang sesuai dengan permasalahan yang sedang kita hadapi.

Pembahasan wudhu, misalnya, ditulis dalam bab tentang wudhu. Jadi jika kita ingin membahas masalah wudhu, kita tinggal membuka bab bagian wudhu. Beberapa kelebihan Shahih Muslim:
1. Susunan isinya sangat tertib dan sistematis.
2. Pemilihan redaksi (matan) hadisnya sangat teliti dan cermat.
3. Seleksi dan akumulasi sanadnya sangat teliti, tidak tertukar-tukar, tidak lebih dan tidak kurang.
4. Penempatan dan pengelompokan pada hadis-hadis ke dalam tema atau tempat tertentu, sehingga sedikit sekali terjadi pengulangan penyebutan hadis.

Kitab Shahih Muslim berdasarkan penomorannya memuat 3.033 hadis. Menurut An Nawawi, Shahih Muslim memuat 400 hadis dengan tanpa menyebut yang berulang-ulang. Hadis-hadis tersebut merupakan penyaringan dari 300.000 hadis yang dikumpulkan Imam Muslim sekitar 15 tahun.

Dari paparan di atas jelaslah bagi kita, bahwa menulis itu adalah sebuah kegiatan yang begitu mulia, karena dengan menulis itu kita bisa mewariskan ilmu yang bermanfaat bagi generasi kita di masa yang akan datang.

Dipastikan banyak buku-buku yang ditulis oleh orang-orang terdahulu yang masih eksis hingga saat ini dan ilmunya dimanfaatkan oleh masyarakat untuk meraih kehidupan yang lebih baik. Dari buku-buku tersebut kita menangguk pembelajaran ilmu, dan inspirasi.
 
Ayo, mari menulis. Menulis sungguh aktivitas paling indah dalam mewariskan ilmu yang bermanfaat untuk generasi akan datang. Selamat menulis, selamat mewariskan ilmu yang bermanfaat dan selamat menuai pahala dari menulis untuk meraih kehidupan yang lebih baik. Insya Allah. Aamiin.

Share this

0 Comment to "Menulis (2.1): MEWARISKAN ILMU"

Post a Comment