Ibu Rumah Tangga dan Penulis
“Happy birthday to you.
Happy birthday to you.
Happy birthday.
Happy birthday.
Happy birthday to you….”
“Panjang umurnya.
Panjang umurnya.
Panjang umurnya serta mulia.
Serta mulia.
Serta mulia….”
“Tiup lilinnya.
Tiup lilinya.
Tiup lilinnya sekarang juga.
Sekarang juga.
Sekarang juga…”
Begitulah lagu yang dinyanyikan. Hadirin menyambut sambil bertepuk
tangan dengan suka cita yang berulang tahun hari itu. Hujan ciuman pun
membanjiri pipi yang berbahagia pada saat itu.
Lilin warna warni, kue ulang tahun, atau nasi tumpeng, tertata rapi
di meja dengan alas yang kontras. Kemudian ruangan berhias aneka balon,
pita dan hidangan spesial, adalah hal sangat biasa terjadi ketika
perayaan ulang tahun dilaksanakan. Baik tua maupun muda, keceriaan dan
kegembiraan seperti ini disambut dengan suka cita dan penampilan yang
istimewa pula. Suasana hari yang spesial itu benar-benar menjadi berbeda
dibandingkan dengan tiga ratus enampuluh empat hari lainnya. Ya, itulah
hari ulang tahun atau HUT.
Tidak jarang bagi mereka yang berulang tahun mendapat kejutan dari
orang-orang terkasih. Boleh jadi karena suatu hal dan lainnya, yang
berhariulangtahun tidak sadar kalau hari itu HUT-nya. Kejutan-kejutan
yang tidak terduga, membuat dia yang hari itu dilahirkan ke muka bumi
ini kadang bisa emosi, baik senang, sedih atau bahkan marah.
Bagaimana tidak. Secara tiba-tiba, siraman tepung terigu, lemparan
telur mentah atau mendapat berita mengejutkan bisa merubah perasaan dan
mood. Akibatnya, jika tidak pandai-pandai merespon kondisi yang
diciptakan orang-orang yang penuh perhatian itu, bisa jadi hubungan baik
menjadi rusak. Tetapi, itu adalah respon mereka yang tak pandai bergaul
alias lebay.
Boleh saja kejutan tersebut awalnya membuat galau tapi setelah itu
ketika kesadaran muncul atas apa yang terjadi, inilah bagian dari
sejarah dan pengalaman hidup yang tidak boleh dilupakan. Itulah wujud
bentuk perhatian yang sejati.
Lalu berbagai kado pun menambah keistimewaan hari bahagia. Ada yang
dibungkus rapi, cantik, dengan kertas-kertas pembungkus yang dikerjakan
oleh tangan terampil dan berseni. Ada pula kado berukuran besar sekali
lalu ketika dibuka isinya hanya dalam sebuah kotak mungil. Si pemberi
kado ingin ‘mengerjai’ yang berulang tahun dengan mempermainkan perasaan
si penerima kado.
Ahahahaaa….itulah bentuk perhatian kalau bukan dikatakan sebagai bentuk ngerjain ala anak asrama.
Sewaktu masih mempunyai anak-anak dibawah lima tahun (balita), saya
rajin mengumpulkan bagian cerita-cerita atau gambar untuk anak-anak. Ini
saya ambil dari majalah langganan dari majalah khusus untuk ibu muda.
Majalah tersebut terbit per dua mingguan. Lembaran-lembaran tersebut
saya kumpulkan kemudian setiap enam bulan saya klip menjadi satu bundel.
Jadilah ia mirip majalah anak-anak. Dan sayapun siap membacakan
berulang kali kepada anak-anak. Mereka pun senang.
Kumpulan bundel itu menjadi banyak dan mereka bisa membacanya sendiri
ketika sudah di Taman Kanak-Kanak (TK). Setelah fasih membaca, mereka
pun saya perbolehkan berlangganan majalah anak-anak.
Senang dan bersyukur melihat minat membaca mereka tumbuh hingga
menjadi kebiasaan sampai sekarang. Ditambah pula, pendidikan di sekolah
benar-benar membuat membaca bukan saja kewajiban tugasnya sebagai murid
namun sudah menjadi kebutuhan seperti makan. Dari kebiasaan bersama
inilah sebuah ruang di rumah kami penuh dengan buku-buku. Yah, bolehlah
disebut sebagai perpustakaan keluarga.
Salah seorang dari anak kami telah berkeluarga. Kami pun sudah
menjadi kakek nenek. Kami menjadi kakek nenek dari sepasang cucu kembar.
Wow…senangnya hati ini. Sebentar lagi si kembar akan berulang tahun.
Sebagai nenek, saya berpikir keras, apa hadiah yang akan saya berikan
untuk mereka. Saya tidak ingin memberi kado biasa saja sebagaimana HUT
pada umumnya. Kado seorang nenek haruslah yang istimewa bagi seorang
cucu.
Ketika mereka berusia empat bulan, buku Kisah Nabi Ibrahim a.s dan Kisah
Nabi Yusuf AS adalah buku pertama yang saya berikan untuk cucu
tercinta. Sesuai dengan nama mereka masing-masing, Ibrahim dan Yusuf.
Inilah buku pertama mereka. Sampai saat ini, mereka masih tertarik
dengan buku tersebut.
Boleh jadi karena gambar-gambar dan warnanya sangat menarik perhatian
bayi-bayi montok tersebut. Setidaknya, mereka sudah ditanamkan pengaruh
bahwa buku sebagai sumber pengetahuan yang berharga sedari masih kecil.
Lalu keluarlah sebuah inspirasi yang menjadi ide saya untuk
menyiapkan hadiah HUT untuk si kembar. Taraaaaaaaa … sebuah buku setebal
tiga puluh halaman siap menjadi kado istimewa bagi si kembar pada bulan
Mei mendatang. Mengapa buku?
Seperti sudah saya sampaikan di atas, rasanya bagi saya buku adalah ide,
inspirasi, pelajaran, pengalaman, ilmu dan berkah. Buku menjadi sesuatu
yang tidak ternilai dengan uang.
Dengan buku banyak hal tentang kehidupan ini bisa dibaca. Pantas
rasanya perintah dalam al Qur’an menurunkan ayat Iqra’ dalam surat Al
‘Alaq sebagai kata dan ungkapan yang membawa umat manusia move on dari
zaman gelap dan bodoh menjadi beradab.
“Bacalah!” Maka selayaknya dengan bacaan akan memanusiakan manusia
secara manusiawi. Oleh karena itu saya juga bersyukur kepada mereka yang
penuh perhatian memberikan pendidikan dan pelatihan tentang teknik
penulisan buku, baik yang berbayar maupun yang gratis. Ini menjadi
ladang ilmu dan amal yang tidak akan pernah kering.
Sudah banyak orang memberikan buku sebagai kado HUT, buku yang dibeli dari toko buku.
Tetapi, tidak banyak orang yang membuatkan buku bagi yang ber-HUT.
Itu pun biasanya “pesanan” orang yang HUT minta dibuatkan biografi.
Atau, secara diam-diam ada tokoh penting yang dihadiahi biografinya
tanpa sepengetahuan yang bersangkutan. Dan kali ini, saya juga ingin
memberi hadiah istimewa kepada cucu kembar tersayang, generasi ketiga,
buku yang ditulis oleh neneknya.
Insya Allah buku tersebut akan diberikan pada HUT pertama si kembar.
Mudah-mudahan nenek bisa membuatkan hadiah buku di setiap HUT mereka
selama nenek sehat, masih cukup terampil menggunakan komputer dan tidak
pikun … he he he.
Mari kita biasakan memberi hadiah HUT yang bermakna. Mari memulai
memberikan buku sebagai inspirasi. Dan mari membuatkan buku bagi
suami/istri, anak, menantu, orangtua, cucu, sahabat dan kerabat. Buku
tidak harus selalu tebal tetapi ia akan menebal dalam ingatan mereka
yang menerimanya. Itulah keberkahan sebuah buku.
Selamat menulis, selamat menghadiahkan buku untuk yang terkasih.\
0 Comment to "Menulis (2.3) BUKU HADIAH ULANG TAHUN"
Post a Comment