Sunday 18 December 2016

Menulis (2.3) BUKU HADIAH ULANG TAHUN

Rita Audriyanti
Ibu Rumah Tangga dan Penulis

“Happy birthday to you.
Happy birthday to you.
Happy birthday.
Happy birthday.
Happy birthday to you….”

“Panjang umurnya.
Panjang umurnya.
Panjang umurnya serta mulia.
Serta mulia.
Serta mulia….”

“Tiup lilinnya.
Tiup lilinya.
Tiup lilinnya sekarang juga.
Sekarang juga.
Sekarang juga…”

Begitulah lagu yang dinyanyikan. Hadirin menyambut sambil bertepuk tangan dengan suka cita yang berulang tahun hari itu. Hujan ciuman pun membanjiri pipi yang berbahagia pada saat itu.

Lilin warna warni, kue ulang tahun, atau nasi tumpeng, tertata rapi di meja dengan alas yang kontras. Kemudian ruangan berhias aneka balon, pita dan hidangan spesial, adalah hal sangat biasa terjadi ketika perayaan ulang tahun dilaksanakan. Baik tua maupun muda, keceriaan dan kegembiraan seperti ini disambut dengan suka cita dan penampilan yang istimewa pula. Suasana hari yang spesial itu benar-benar menjadi berbeda dibandingkan dengan tiga ratus enampuluh empat hari lainnya. Ya, itulah hari ulang tahun atau HUT.
 
Tidak jarang bagi mereka yang berulang tahun mendapat kejutan dari orang-orang terkasih. Boleh jadi karena suatu hal dan lainnya, yang berhariulangtahun tidak sadar kalau hari itu HUT-nya. Kejutan-kejutan yang tidak terduga, membuat dia yang hari itu dilahirkan ke muka bumi ini kadang bisa emosi, baik senang, sedih atau bahkan marah.

Bagaimana tidak. Secara tiba-tiba, siraman tepung terigu, lemparan telur mentah atau mendapat berita mengejutkan bisa merubah perasaan dan mood. Akibatnya, jika tidak pandai-pandai merespon kondisi yang diciptakan orang-orang yang penuh perhatian itu, bisa jadi hubungan baik menjadi rusak. Tetapi, itu adalah respon mereka yang tak pandai bergaul alias lebay.

Boleh saja kejutan tersebut awalnya membuat galau tapi setelah itu ketika kesadaran muncul atas apa yang terjadi, inilah bagian dari sejarah dan pengalaman hidup yang tidak boleh dilupakan. Itulah wujud bentuk perhatian yang sejati.

Lalu berbagai kado pun menambah keistimewaan hari bahagia. Ada yang dibungkus rapi, cantik, dengan kertas-kertas pembungkus yang dikerjakan oleh tangan terampil dan berseni. Ada pula kado berukuran besar sekali lalu ketika dibuka isinya hanya dalam sebuah kotak mungil. Si pemberi kado ingin ‘mengerjai’ yang berulang tahun dengan mempermainkan perasaan si penerima kado.

Saya teringat ketika dulu menikah. Ini bukan kisah HUT, sih, tetapi, berkaitan dengan kado. Suami yang pernah tinggal di asrama ketika menjadi mahasiswa, rupanya masih ada beberapa perabotnya yang tertinggal di asrama. Diantaranya sarung butut, sendal jepit sebelah, buku coret-coretan, mangkuk plastik, yang seharusnya sudah berada di tong sampah, dikemas elok lalu dibungkus cantik menjadi kado di pesta perkawinan kami.

Ahahahaaa….itulah bentuk perhatian kalau bukan dikatakan sebagai bentuk ngerjain ala anak asrama.

Sewaktu masih mempunyai anak-anak dibawah lima tahun (balita), saya rajin mengumpulkan bagian cerita-cerita atau gambar untuk anak-anak. Ini saya ambil dari majalah langganan dari majalah khusus untuk ibu muda. Majalah tersebut terbit per dua mingguan. Lembaran-lembaran tersebut saya kumpulkan kemudian setiap enam bulan saya klip menjadi satu bundel. Jadilah ia mirip majalah anak-anak. Dan sayapun siap membacakan berulang kali kepada anak-anak. Mereka pun senang.

Kumpulan bundel itu menjadi banyak dan mereka bisa membacanya sendiri ketika sudah di Taman Kanak-Kanak (TK). Setelah fasih membaca, mereka pun saya perbolehkan berlangganan majalah anak-anak.

Senang dan bersyukur melihat minat membaca mereka tumbuh hingga menjadi kebiasaan sampai sekarang. Ditambah pula, pendidikan di sekolah benar-benar membuat membaca bukan saja kewajiban tugasnya sebagai murid namun sudah menjadi kebutuhan seperti makan. Dari kebiasaan bersama inilah sebuah ruang di rumah kami penuh dengan buku-buku. Yah, bolehlah disebut sebagai perpustakaan keluarga.

Salah seorang dari anak kami telah berkeluarga. Kami pun sudah menjadi kakek nenek. Kami menjadi kakek nenek dari sepasang cucu kembar. Wow…senangnya hati ini. Sebentar lagi si kembar akan berulang tahun. Sebagai nenek, saya berpikir keras, apa hadiah yang akan saya berikan untuk mereka. Saya tidak ingin memberi kado biasa saja sebagaimana HUT pada umumnya. Kado seorang nenek haruslah yang istimewa bagi seorang cucu.
 
Ketika mereka berusia empat bulan, buku Kisah Nabi Ibrahim a.s dan Kisah Nabi Yusuf AS adalah buku pertama yang saya berikan untuk cucu tercinta. Sesuai dengan nama mereka masing-masing, Ibrahim dan Yusuf. Inilah buku pertama mereka. Sampai saat ini, mereka masih tertarik dengan buku tersebut.

Boleh jadi karena gambar-gambar dan warnanya sangat menarik perhatian bayi-bayi montok tersebut. Setidaknya, mereka sudah ditanamkan pengaruh bahwa buku sebagai sumber pengetahuan yang berharga sedari masih kecil.

Lalu keluarlah sebuah inspirasi yang menjadi ide saya untuk menyiapkan hadiah HUT untuk si kembar. Taraaaaaaaa … sebuah buku setebal tiga puluh halaman siap menjadi kado istimewa bagi si kembar pada bulan Mei mendatang. Mengapa buku?
 
Seperti sudah saya sampaikan di atas, rasanya bagi saya buku adalah ide, inspirasi, pelajaran, pengalaman, ilmu dan berkah. Buku menjadi sesuatu yang tidak ternilai dengan uang.

Dengan buku banyak hal tentang kehidupan ini bisa dibaca. Pantas rasanya perintah dalam al Qur’an menurunkan ayat Iqra’ dalam surat Al ‘Alaq sebagai kata dan ungkapan yang membawa umat manusia move on dari zaman gelap dan bodoh menjadi beradab.
 
“Bacalah!” Maka selayaknya dengan bacaan akan memanusiakan manusia secara manusiawi. Oleh karena itu saya juga bersyukur kepada mereka yang penuh perhatian memberikan pendidikan dan pelatihan tentang teknik penulisan buku, baik yang berbayar maupun yang gratis. Ini menjadi ladang ilmu dan amal yang tidak akan pernah kering.
 
Sudah banyak orang memberikan buku sebagai kado HUT, buku yang dibeli dari toko buku.

Tetapi, tidak banyak orang yang membuatkan buku bagi yang ber-HUT. Itu pun biasanya “pesanan” orang yang HUT minta dibuatkan biografi. Atau, secara diam-diam ada tokoh penting yang dihadiahi biografinya tanpa sepengetahuan yang bersangkutan. Dan kali ini, saya juga ingin memberi hadiah istimewa kepada cucu kembar tersayang, generasi ketiga, buku yang ditulis oleh neneknya.

Insya Allah buku tersebut akan diberikan pada HUT pertama si kembar. Mudah-mudahan nenek bisa membuatkan hadiah buku di setiap HUT mereka selama nenek sehat, masih cukup terampil menggunakan komputer dan tidak pikun … he he he.

Mari kita biasakan memberi hadiah HUT yang bermakna. Mari memulai memberikan buku sebagai inspirasi. Dan mari membuatkan buku bagi suami/istri, anak, menantu, orangtua, cucu, sahabat dan kerabat. Buku tidak harus selalu tebal tetapi ia akan menebal dalam ingatan mereka yang menerimanya. Itulah keberkahan sebuah buku.

Selamat menulis, selamat menghadiahkan buku untuk yang terkasih.\

Share this

0 Comment to "Menulis (2.3) BUKU HADIAH ULANG TAHUN"

Post a Comment