Ersis Warmansyah Abbas
ALHAMDULILLAH. Bab terakhir buku ini, sebelum diedit, ditulis persis pada Tahun Baru Hijriah. Tahun Baru Islam. Rasulullah SAW ”menegakkan” Tahun Islam. (Hmm, jangan bilang siapa-siapa, banyak Muslim memilih merayakan besar-besaran Tahun Baru Masehi dibanding Tahun Hijriah).
Ya, Rasulullah memang membiasakan diri merenung, tafakur, dalam
talian menghambakan diri pada Allah SWT. Bagi Rasulullah SAW hubungan
vertikal adalah esensi yang dilakoni dalam kehidupan dengan mendalam.
Dan, dalam kaitan horisontal, Rasulullah SAW ‘berbuat’. Berbuat selalu
menuju ke arah lebih baik. Biar kebarat-baratan, change in progress.
Hijrah ke arah lebih baik. Lalu apa kaitannya dengan menulis?
Membaca sejarah Rasulullah, kita akan terkagum-kagum, pada setiap
betapa waktu, kualitas kehidupan Rasulullah SAW menjadi contoh bagi kita
untuk hijrah, berbuat ke arah lebih baik. Tidak heran, dengan kecepatan
yang mengagumkan syiar Islam bergerak bak kilat.
Rasulullah SAW tauladan sempurna. Tidak heran Michael H. Hart
menempatkan Rasulullah sebagai pemuncak tokoh paling berpengaruh
sejagat.
Ya, Rasulullah mengamalkan perintah Allah SWT tanpa menawar
sedikitpun. Oh ya, masih ingat perintah Allah SWT yang pertama kepada
Rasulullah SAW melalui Malaikat Jibril? Masih ingat, ketika para Sahabat
semakin banyak syahid, Rasulullah SAW menyuruh menuliskan firman Allah
SWT pada pelepah kurma, tulang binatang, atau batu?
Ingatlah perintah Allah agar kita selalu membaca, ingatlah perintah
Rasulullah agar menulis. Tentu, dengan ingat perintah-perintah lainnya.
Dan, dalam menyambut Tahun Baru Islam kali ini saya menghimbau: Mari
Hijrah (dalam menulis).
Ada yang baru menulis dalam standar, ada yang lincah, ada yang
kreatif, dan sebagainya. Menulis itu bak ilmu, seperti amal ibadah,
tidak ada batasnya. Selama menulis dipahami sebagai wahana belajar,
selama itu pula terbuka peluang untuk meningkatkan kualitasnya.
Tidak mengapa orang bilang menulisnya tidak ada apa-apanya. Tetapi,
yakinlah kalau selalu belajar, selalu melakukan, Allah SWT akan
memberikan kemudahan. Rasulullah yang menyayangi ummatnya itu, Insya
Allah akan memberkati.
Mari hijrah. Mari belajar. Mari berpikir. Mari berbuat. Mari menulis.
Mari, melakukan agar kualitas meningkat. Mari saling mengingatkan kalau
ada yang salah, ada yang kurang berkenan. Mari saling memotivasi.
Hindari menghujat, mencemooh, mencela. Mari jadikan bumi kertas untuk
menulis.
Saatnya menulis dengan cara lebih baik. Perbaiki, bagaimana menulis
kata yang benar, perbaiki cara memilih diksi, mengayam kata, merajut
kalimat, menyulam alinea. Isi dengan isian-isian bermakna. Mulailah
sekarang. Now. Isikan syiar Islam, jangan abaikan nilai-nilai
kemanusiaan. Hindari membenci, kepada musuh kehidupan sekalipun.
Mari. Mari. Mari. Maknai kehidupan agar lebih berarti. Torehkan
kata-kata pada perjuangan meningkatkan kualitas kehidupan. Itu tugas
kita, tugas Muslim.
Allah SWT tentu tidak berkesia-siaan menurunkan firman pertamanya
kepada Muhammad SAW untuk membaca, dan bukanlah hal main-main ketika
Rasulullah menyuruh sahabat menuliskan firman-firman Allah.
Kita memang tidak akan pernah menjadi Rasulullah. Junjungan kita
mencontohkan bagaimana berhijrah sempurna. Tidak ada salahnya secuil
kita praktikkan dalam menulis. Mari, di Tahun Baru Hijriah, kita
tekadkan, Hijrah Menulis. Amin.
Bagaimana menurut Sampeyan?
0 Comment to "Menulis (6.9): Menulis: Change in Progress"
Post a Comment