Thursday 15 December 2016

Menulis (2.1): Genius dan Menulis

Ersis Warmasyah Abbas

DAPAT dipastikan, setiap orang mempunyai pengetahuan, setiap orang mempunyai pengalaman. Pengetahuan dan pengalaman disimpan atau tersimpan di memori (otak).

Apa-apa yang ada di otak, terserah pemilik otak, mau didiamkan atau dikeluarkan.
Pikiran kalau tidak dikeluarkan, tidak dikomunikasikan, bersemayam di otak. Kalau berkehendak mengeluarkan pikiran, dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama, melalui alat bicara, atau mulut. Kedua, melalui gerakan tubuh (body language). Ketiga, menuliskannya.

Kita mendiskusikan pilahan ketiga, menuangkan pikiran. Pikiran kita bersemayam di otak. Pikiran berproses manakala saraf-saraf otak (neuron) diaktifkan. Ada masukan (input), diolah (process) keluarannya berupa tulisan (output). Allah SWT ‘menitipkan’ kepada siapa pun semiliar neuron yang terdiri dari 100 miliar sel saraf aktif dan 900 miliar sel pendukung dimana kalau diaktifkan setiap sel saraf mampu berkoneksi 20.000.

Artinya, begitu seseorang dilahirkan berpotensi jenius, born to be a genius. Ingat, semua orang. Tidak penting dia menjadi Muslim, Kristen, Yahudi atau Atheis. Tidak peduli lahir di Indonesia atau Jerman. Apakah bersekolah di Cambridge, Sarbone, Massachuset, atau Kairo.

Mengembangkan potensi urusan manusia. Allah SWT telah memberi potensi.
Siapa pun bebas memasukkan apa saja (pengetahuan, jangan paku atau martil, nanti otaknya rusak) ke pikiran (otak). Mulai dari hasil penglihatan, dengaran, cicipan, ciuman, atau apa saja yang bisa dipindai.

Coba berhenti sejenak membaca tulisan ini. Bernafas dalam-dalam, pejamkan mata. Ingat Ibu. Seketika Ibu ada di pikiran. Mau mengingat fisiknya atau sikap penyayangnya terserah. Ibu ada di pikiran. Itu pengetahuan, apa yang kita ketahui. Tersimpan di memori.

Kita menyimpan (konsep) Ibu, dan laksaan konsep lainnya. Pengetahuan tersebut didapat melalui indra. Pengetahuan bisa pula didapat tanpa melalui indra, tanpa melalui pengalaman, seperti ilham atau hidayah, atau melalui ”pemrosesan” pengetahuan itu sendiri.

Bagaimana mendapatkan pengetahuan sementara diabaikan, sebab diskusi kita bagaimana menuangkan pengetahuan. Kita mendiskusikan pengetahuan di ranah otak, pada pikiran, ‘diaduk-aduk’, dihubung-hubungkan, diseleksi mana yang relevan mana yang harus disisihkan.

Pada hal sedemikian proses berpikir berlaku. Itulah berpikir. Setiap orang mempunyai cara masing-masing, proses berpikir seseorang unik. Tergantung pengetahuan, pengalaman, atau ilmu yang didapat melalui proses belajar. Hasil proses tersebut membuahkan sesuatu, katakanlah formula atau konsep tentang sesuatu. Itulah yang dituangkan. Namanya menulis.

Bagaimana menurut Sampeyan?

Share this

0 Comment to "Menulis (2.1): Genius dan Menulis"

Post a Comment