Rizka Izzani
Mahasiswa UIN Malang
Mahasiswa UIN Malang
MENULIS? Kata yang tidak asing didengar dan mungkin semua orang
pernah melakukannya. Menulis adalah hobi yang paling menyenangkan.
Bagaimana tidak, ketika menulis, masalah di dalam fikiran atau hati bisa
terungkapkan. Menulis bisa menjadi soulmate ketika dalam kesendirian.
Semisal menulis di buku diary atau update status. Dan, ingat, semua
orang bisa menjadi seorang penulis. Contoh saja Asma Nadia, perempuan
dari keluarga sederhana yang mempunyai mimpi jalan jalan ke luar negeri
gara-gara pintu kulkas dan berhenti kuliah karena hal tertentu.
Asma Nadia tetap bisa menulis dan berkarya meskipun sudah tidak
menjadi mahasiswa. Ketekunan Asma Nadia menulis menghasilkan karya
hebat-hebat, disukai banyak pembaca, dan menjadi best seller. Dari
kepenulisan Asma Nadia kita dapat belajar, tidak perlu mempunyai jabatan
untuk menjadi seorang yang terkenal. Menjadi penulis dapat menjadi
orang sangat terkenal berbekal pena. Tulisan mampu mengantarkan kita
kepada kesuksesan, menjadi jembatan dan lahan untuk berdakwah. Menulis
adalah ”sesuatu”; hal yang bermanfaat.
Tetapi ada satu hal yang mungkin menjadi penghalang bagi seseorang
untuk menulis, untuk menjadi penulis, yaitu malas. Kata malas, bisa
jadi, dengan mudah menempel pada anak manusia, apalagi mahasiswa yang
harus berhadapan dengan tugas-tugas kuliah, termasuk cucian yang
menumpuk yang bisa membuat stres. Akibatnya, malas menulis, malas
menyentuh laptop.
Kiranya, bukan saja dalam kaitan menulis, rasa, sikap, dan predikat
malas haruslah dikikis sampai ke akar-akarnya. Sebagai generasi Ulul
Albab, yang nantinya memimpin keluarga, bahkan dunia, tidak ada tempat
untuk memelihara malas.
Mari membunuh malas, memupuk semangat menulis. Salam menulis.
0 Comment to "Menulis (3.10): Menulis Apa Malas?"
Post a Comment