Wednesday 7 December 2016

Menulis (4.5): Lembar Kosong

Fauziah Kurniawati
Mahasiswa Jurusan BSA UIN Malang

MENULIS adalah kehidupan, senjata, sumber makanan dan minuman bagi para penulis. Tanpa menulis, istilah ‘penulis’ itu tidak kan pernah ada dalam kamus bahasa Indonesia. Kalau tidak ada yang menulis dipastikan tidak ada tulisan. Aktivitas menulis, penulis, dan tulisan adalah rangkaian yang tidak terpisahkan.

Sehebat apapun seseorang penulis, pastilah didenda kendala dalam menulis. Bagi penulis pemula, tidak jarang mereka dihadapkan pada jalan buntu ketika pikiran mereka mulai merancang alur tulisan sebelum dituangkan pada lembaran kertas atau layar komputer. Para penulis buku-buku best seller pun pernah membiarkan satu lembar atau bahkan beberapa lembar dari tulisan mereka kosong tanpa ada satu huruf pun yang ditorehkan, tanpa ada kelanjutan ide yang berarti. Hal tersebut pasti pernah dialami penulis, baik penulis pemula atau para penulis terkenal.

Menurut Zainurrahman, kendala dalam menulis itu ada dua macam, ada yang bersifat umum dan ada pula yang sifatnya khusus. Kendala umum adalah kendala yang biasanya dialami oleh setiap penulis, bahkan penulis profesional sekalipun.
 
Diantara kendala yang seringkali dihadapi adalah kekurangan materi tulisan. Materi adalah hal yang paling dipandang dan dicermati pembaca dalam suatu tulisan atau karangan. Oleh karena itu, sebisa mungkin penulis melakukan seleksi materi yang relevan, yang sekiranya tulisan tersebut nantinya lebih fokus dan mendalam, bukannya meluas namun bersifat dangkal.


Kendala berikutnya adalah kesulitan memulai dan mengakhiri tulisan. Memang menentukan kata pertama itu tidak mudah, kecuali jika sebelumnya sudah dirangkai beberapa ide pembuka. Hal ini menuntut kecermatan dan ketepatan berpikir seorang penulis. Penulis harus memiliki gambaran umum mengenai objek pembahasan dengan memberikan definisi mengenai hal yang akan ditulis. Selain itu, kerangka karangan itu penting dan hambar rasanya jika seorang penulis enggan menuliskan kerangka karangannya. Sebab dari kerangka karangan yang dirancang, maka akan memudahkan penulis mengembangkan idenya lalu berhasil mengakhiri tulisannya. Barulah setelah itu dilakukan tahap koreksi dan revisi.

Kendala berikutnya kesulitan penyelarasan isi dan memilih topik. Merevisi tulisan berskala besar mungkin sebuah pekerjaan yang berat dan pada kondisi tertentu mungkin sudah terlambat. Untuk itu, para penulis perlu mengantisipasi hal tersebut dengan membuat batasan-batasan pembahasan, strukturasi, dan penyelarasan isi. Rel yang dibuat dalam bentuk skema-skema ide merupakan hal mutlak penentu topik.

Adapun kendala khusus menulis itu hanyalah berupa kemungkinan-kemungkinan semata. Diantaranya adalah kehilangan mood menulis. Mood dalam menulis itu sangat dibutuhkan. Untuk bisa menulis dengan baik dan berhasil, penulis membutuhkan tenaga ekstra, bukan hanya ilmu dan keterampilan saja, melainkan dengan keinginan yang kuat dan semangat yang tinggi. Ketika suatu hari seorang penulis merasa begitu tidak bersemangat untuk menulis, bahkan berniat berhenti untuk menulis, maka saat itulah seorang penulis telah kehilangan mood menulisnya.

Penyebab hilangnya mood menulis sangat banyak, diantaranya adalah kekurangan atau kehabisan ide. Ide merupakan ruh bagi sebuah tulisan, jika tulisan itu miskin dengan ide, maka tulisan seperti telah mati. Sebenarnya penulis itu tidak pernah kehabisan ide, kalau kekurangan ide itu wajar saja karena penulis hanyalah manusia biasa yang memiliki keterbatasan untuk menyadari berbagai hal rumit dalam waktu yang singkat. Untuk itu, seorang penulis menyegarkan diri dan pikirannya, sambil menemukan ide-ide baru. Ya, menyegarkan pikiran dengan hal-hal yang bermuatan positif dalam mengembangkan tulisan.

Penyebab berikutnya adalah kesibukan dan fluktuasi psikologis. Hendaknya seorang penulis menjadikan kesibukan dalam kesehariannya sebagai sarana untuk menemukan bahan-bahan baru untuk kemudian dikemukakan dalam tulisannya.
 
Kesibukan tidak seharusnya menjadi pagar yang tinggi, kesibukan sebaiknya dijadikan halaman yang luas untuk mengembangkan ide-ide menulis selanjutnya. Begitu juga dengan masalah psikologis seseorang, wajar saja jika suatu waktu seseorang itu mengalami goncangan masalah yang hebat dalam hidupnya. Dalam hal ini ada dua kemungkinan yang terjadi.

Pertama, masalah yang dihadapi seorang penulis sangat relevan dengan topik yang sedang ditulis. Nah, dari masalah-masalah itulah, seorang penulis dapat memperkaya karyanya melalui inspirasi dan ide-ide baru yang bermunculan untuk diwacanakan.

Kedua, masalah yang dihadapi seorang penulis jauh dari apa yang sedang ditulis. Jika demikian, hendaknya seorang penulis sebisa mungkin mengontrol diri dan sebaiknya beristirahat sejenak hingga psikologinya kembali pulih.
 
Setelah penjabaran kendala-kendala menulis berikut problem solvingnya tuntas dibicarakan, saya pribadi berharap agar untuk waktu-waktu selanjutnya tak kan ada lagi ‘lembar kosong’ bagi para penulis. Sebab pada hakikatnya, menulis itu menyenangkan dan kita tak perlu ragu untuk menjadi senang, apalagi bahagia.

For Readers and Writers.
Happy Trying and be Happy !!!

Share this

0 Comment to "Menulis (4.5): Lembar Kosong"

Post a Comment