Fauziah Kurniawati
Mahasiswa Jurusan BSA UIN Malang
Mahasiswa Jurusan BSA UIN Malang
MENULIS adalah kehidupan, senjata, sumber makanan dan minuman bagi
para penulis. Tanpa menulis, istilah ‘penulis’ itu tidak kan pernah ada
dalam kamus bahasa Indonesia. Kalau tidak ada yang menulis dipastikan
tidak ada tulisan. Aktivitas menulis, penulis, dan tulisan adalah
rangkaian yang tidak terpisahkan.
Sehebat apapun seseorang penulis, pastilah didenda kendala dalam
menulis. Bagi penulis pemula, tidak jarang mereka dihadapkan pada jalan
buntu ketika pikiran mereka mulai merancang alur tulisan sebelum
dituangkan pada lembaran kertas atau layar komputer. Para penulis
buku-buku best seller pun pernah membiarkan satu lembar atau bahkan
beberapa lembar dari tulisan mereka kosong tanpa ada satu huruf pun yang
ditorehkan, tanpa ada kelanjutan ide yang berarti. Hal tersebut pasti
pernah dialami penulis, baik penulis pemula atau para penulis terkenal.
Menurut Zainurrahman, kendala dalam menulis itu ada dua macam, ada
yang bersifat umum dan ada pula yang sifatnya khusus. Kendala umum
adalah kendala yang biasanya dialami oleh setiap penulis, bahkan penulis
profesional sekalipun.
Diantara kendala yang seringkali dihadapi adalah kekurangan materi
tulisan. Materi adalah hal yang paling dipandang dan dicermati pembaca
dalam suatu tulisan atau karangan. Oleh karena itu, sebisa mungkin
penulis melakukan seleksi materi yang relevan, yang sekiranya tulisan
tersebut nantinya lebih fokus dan mendalam, bukannya meluas namun
bersifat dangkal.
Kendala berikutnya adalah kesulitan memulai dan mengakhiri tulisan.
Memang menentukan kata pertama itu tidak mudah, kecuali jika sebelumnya
sudah dirangkai beberapa ide pembuka. Hal ini menuntut kecermatan dan
ketepatan berpikir seorang penulis. Penulis harus memiliki gambaran umum
mengenai objek pembahasan dengan memberikan definisi mengenai hal yang
akan ditulis. Selain itu, kerangka karangan itu penting dan hambar
rasanya jika seorang penulis enggan menuliskan kerangka karangannya.
Sebab dari kerangka karangan yang dirancang, maka akan memudahkan
penulis mengembangkan idenya lalu berhasil mengakhiri tulisannya.
Barulah setelah itu dilakukan tahap koreksi dan revisi.
Kendala berikutnya kesulitan penyelarasan isi dan memilih topik.
Merevisi tulisan berskala besar mungkin sebuah pekerjaan yang berat dan
pada kondisi tertentu mungkin sudah terlambat. Untuk itu, para penulis
perlu mengantisipasi hal tersebut dengan membuat batasan-batasan
pembahasan, strukturasi, dan penyelarasan isi. Rel yang dibuat dalam
bentuk skema-skema ide merupakan hal mutlak penentu topik.
Adapun kendala khusus menulis itu hanyalah berupa
kemungkinan-kemungkinan semata. Diantaranya adalah kehilangan mood
menulis. Mood dalam menulis itu sangat dibutuhkan. Untuk bisa menulis
dengan baik dan berhasil, penulis membutuhkan tenaga ekstra, bukan hanya
ilmu dan keterampilan saja, melainkan dengan keinginan yang kuat dan
semangat yang tinggi. Ketika suatu hari seorang penulis merasa begitu
tidak bersemangat untuk menulis, bahkan berniat berhenti untuk menulis,
maka saat itulah seorang penulis telah kehilangan mood menulisnya.
Penyebab hilangnya mood menulis sangat banyak, diantaranya adalah
kekurangan atau kehabisan ide. Ide merupakan ruh bagi sebuah tulisan,
jika tulisan itu miskin dengan ide, maka tulisan seperti telah mati.
Sebenarnya penulis itu tidak pernah kehabisan ide, kalau kekurangan ide
itu wajar saja karena penulis hanyalah manusia biasa yang memiliki
keterbatasan untuk menyadari berbagai hal rumit dalam waktu yang
singkat. Untuk itu, seorang penulis menyegarkan diri dan pikirannya,
sambil menemukan ide-ide baru. Ya, menyegarkan pikiran dengan hal-hal
yang bermuatan positif dalam mengembangkan tulisan.
Penyebab berikutnya adalah kesibukan dan fluktuasi psikologis.
Hendaknya seorang penulis menjadikan kesibukan dalam kesehariannya
sebagai sarana untuk menemukan bahan-bahan baru untuk kemudian
dikemukakan dalam tulisannya.
Kesibukan tidak seharusnya menjadi pagar yang tinggi, kesibukan
sebaiknya dijadikan halaman yang luas untuk mengembangkan ide-ide
menulis selanjutnya. Begitu juga dengan masalah psikologis seseorang,
wajar saja jika suatu waktu seseorang itu mengalami goncangan masalah
yang hebat dalam hidupnya. Dalam hal ini ada dua kemungkinan yang
terjadi.
Pertama, masalah yang dihadapi seorang penulis sangat relevan dengan
topik yang sedang ditulis. Nah, dari masalah-masalah itulah, seorang
penulis dapat memperkaya karyanya melalui inspirasi dan ide-ide baru
yang bermunculan untuk diwacanakan.
Kedua, masalah yang dihadapi seorang penulis jauh dari apa yang
sedang ditulis. Jika demikian, hendaknya seorang penulis sebisa mungkin
mengontrol diri dan sebaiknya beristirahat sejenak hingga psikologinya
kembali pulih.
Setelah penjabaran kendala-kendala menulis berikut problem solvingnya
tuntas dibicarakan, saya pribadi berharap agar untuk waktu-waktu
selanjutnya tak kan ada lagi ‘lembar kosong’ bagi para penulis. Sebab
pada hakikatnya, menulis itu menyenangkan dan kita tak perlu ragu untuk
menjadi senang, apalagi bahagia.
For Readers and Writers.
Happy Trying and be Happy !!!
Happy Trying and be Happy !!!
0 Comment to "Menulis (4.5): Lembar Kosong"
Post a Comment