Farah Velda
Mahasiswa Jurusan BSI UIN Malang
Mahasiswa Jurusan BSI UIN Malang
APA yang ada di benak kita ketika menggenggam pena dan menghadapkan
wajah kita pada kertas kosong atau ketika kita menghadapi layar komputer
dengan jari-jari siap di keyboard komputer? Ide tentang apa yang akan
ditulis? Atau, berdasarkan inspirasi yang ”bermain” di kepala dengan
beragam ide yang manakah yang akan ditulis? Banyak hal yang dapat kita
tulis dan tidak sedikit masalah yang dihadapi ketika akan menuliskannya.
Satu diantaranya, pemilihan ide.
Ide? Apa sebenarnya yang kita ketahui tentang ide? Yang pasti, terlepas dari pengetahuan kita tentang apapun, tidak ada tulisan tanpa ide. Jika kita menulis tanpa ide, berarti sama saja kita menulis tanpa jiwa, meskipun ada raga sebagai penopang kata dan kalimat terangkai. Namun, seperti bunga yang tidak bertangkai juga tidak berkelopak, tidak memiliki ruh, tidak memiliki ciri khas sebuah jatidiri. Padahal, ciri-ciri sebuah bunga yang sedap dipandang adalah memiliki anggota yang lengkap sebagai sebuah bunga, sama halnya dengan tulisan, tanpa jiwa, raga mati dan tidak bernafas.
Ya, ide sangat penting. Selain ide, dalam menulis, tidak kalah
pentingnya adalah tema. Kalau pada awalnya kita memiliki ‘batu’ terhadap
pemilihan ide, pada tahap selanjutnya kita juga memiliki ‘batu’ lain
yaitu pada penentuan tema. Tema berfungsi bak tiang tulisan.
Dengan kata lain, jika kita menulis sebuah cerita tanpa tema, berarti
sama saja kita menulis tanpa ada tiang, jendela, pintu dan bahkan
tembok. Hanya ada pasir dan kayu yang tentu saja mustahil untuk
mendirikan rumah.
Selanjutnya permasalahan topik tidak kalah pentingnya. Tidak jarang
dalam memilih topik kita kebingungan, misal saat memilih buku dengan
topik “Buku Memasak” dengan topik “Buku Membuat Kue”. Bisa jadi kita
bingung memilih dikarenakan kedua topik tersebut memiliki banyak
kesamaan dengan perbedaan yang kecil. Jika demikian, bagaimana cara kita
menentukan sebuah tulisan?
Baiklah. Manakala kita sudah ”membereskan” masalah pemilihan ide,
penentuan tema, dan topik, selanjutnya kita akan dihadapkan kepada
pemilihan alur tulisan. Manakala alur tulisan tidak jelas,
berbelit-belit, bukan saja akan menyulitkan pembaca, tetapi sekaligus
menggambarkan pikiran penulis yang berbelit-belit. Tulisan adalah
gambaran pikiran penulis. Tepatnya, alur tidak kalah rumit dari ide,
tema, dan topik. Harus berkaitan langsung.
Dengan kata lain, menulis berawal dari masalah pemilihan ide,
penentuan tema, pembuatan topiknya maka muncul kerumitan alur. Sekali
lagi, pada piranti alur, manakala alurnya berbelit-belit atau tidak
logis dipastikan menjadikan pembaca sulit menemukan apa yang dibahas,
tidak memahami tulisan yang tentu saja menjadi tulisan tidak menarik
untuk dibaca. Kalau sudah demikian, tamatlah riwayat penulisnya sebagai
penulis. Tulisan yang tidak bermakna.
Selanjutnya yang tidak kalah rumitnya adalah masalah pemilihan diksi.
Tidak sedikit, terutama penulis pemula, kesulitan menggunakan diksi
atau pilihan kata untuk mengekspresikan tulisannya. Manakala pemilihan
kata tidak tepat akan berakibat tulisan rancu dan tentu saja menjemukan
membacanya dan sukar dimengerti. Tulisan-tulisan dengan diksi tidak
karu-karuan menjadikan tulisan tidak nyaman dibaca.
Kalau begitu, begitu susahnya menulis? Tidak. Menulis memerlukan
seperangkat pengetahuan, teknik penulisan, dan berbagai hal terkaitnya
yang didapat dengan melakukan. Menulis dengan melakukan.
Dengan kata lain, solusi masalah menulis dengan menulis. Melatih
dengan melakukan (menulis). Kita harus sabar dan telaten, membaca buku
beragam ilmu pengetahuan/teknologi, laporan hasil riset, pengamatan,
pengalaman, mengikuti diskusi/seminar, pertemuan, wawancara tokoh/ahli,
dan membaca hal-hal aktual dari berbagai media.
Terakhir, dalam mengasah menulis, jangan lupa berakrab-akrab dengan
kamus. Ingat, pemilihan kata (diksi) sangat menentukan kualitas tulisan
kita.
Ingat, inspirasi bisa datang darimana saja, kita hanya perlu ‘mau’ untuk menulis dan memaksakan diri untuk rajin meskipun kita malas, tetapi keterampilan jika terus diasah akan berbuah keahlian.
Ingat, inspirasi bisa datang darimana saja, kita hanya perlu ‘mau’ untuk menulis dan memaksakan diri untuk rajin meskipun kita malas, tetapi keterampilan jika terus diasah akan berbuah keahlian.
Salam Menulis
0 Comment to "Menulis (3.2): Ide Jantung Tulisan"
Post a Comment