Tuesday 6 December 2016

Menulis (3.6): Bagaimana Anda Akan Menulis?

M. Abblu Adam
Mahasiswa Jurusan BSI UIN Malang

TIDAK bisa dipungkiri bahwa menulis merupakan hal yang dilakukan banyak orang, terutama bagi mereka yang berpendidikan, misalnya mahasiswa, dosen dan guru. Mahasiswa diharuskan menulis skripsi sebagai syarat penyelesaian studi. Dosen atau guru menulis karya tulis ilmiah untuk menunjang karirnya.

Sejalan dengan itu, ada yang menyenangi membaca fiksi, entah itu novel atau pun cerita pendek. Tentu ada yang menulis karya fiksi tersebut. Saya seorang diantara yang suka menulis karya fiksi. Saya memulai menulis fiksi sekitar setahun lalu dengan menulis novel yang saya kira cukup bermodalkan imajinasi. Ternyata, begitu sulit ketika berhadapan dengan layar laptop. Bagaimana menulisnya?

Barulah saya menyadari bahwa menulis melalui proses. Proses menulis berarti menjalankannya secara bertahap, yang tidak serta-merta langsung lancar alias fasih menulis. Jadi, dalam menulis cerita, sebelum saya terjun dalam kepenulisan sebuah novel, alangkah baiknya jika saya menulis tahap awal yang terlebih dahulu, yakni cerita pendek.

Muncul pertanyaan: Bagaimana menuliskannya? Bagaimana menghadapi kesulitan dalam menulis?

Banyak Membaca

Seorang koki yang tidak tahu bagaimana cara memasak yang baik dan benar makanan yang ia masak, tidak lebih seperti seorang pemula yang baru belajar memasak. Seorang penulis pun demikian. Jika seorang penulis tidak tahu bagaimana cara menulis yang baik dan benar, tulisannya akan menjadi sampah. Sebaliknya, apabila banyak membaca, seorang penulis akan tahu bagaimana cara menulis yang baik. Dengan membaca, saya tahu bagaimana seseorang menulis; bagaimana meletakan tanda baca yang benar; bagaimana menghubungkan plot. Yaps, dengan banyak membaca, kita dapat menghasilkan tulisan berkualitas.

Tema

Setelah membaca banyak hal tentang tulis-menulis, saya sangat ingin menulis. Tetapi, ketika hendak menulis, saya bingung harus menulis tentang apa. Oleh karena itu, sebelum menulis, kita harus menentukan apa yang hendak ditulis, tema apa yang ingin disampaikan kepada pembaca. Apakah itu tentang percintaan, tragedi, horor, atau hal lainnya? Sehingga kita tahu bagaimana bahasa yang semestinya digunakan. Jikalau tentang percintaan, tentu bahasa yang digunakan haruslah mengena di hati pembaca. Jikalau tentang horor, tentu bahasa yang digunakan haruslah menegangkan pembaca. Dan, seterusnya.

Ide

Kalau seorang koki sudah tahu bagaimana memasak capcay, tetapi bahan-bahan yang diperlukan untuk memasak capcay tidak tersedia, maka capcay itu tidak akan pernah dapat dihidangkan. Bahan-bahan yang dimaksud itu, sama seperti ide yang diperlukan ketika menulis. Kalau tidak ada ide, apa yang hendak ditulis? Setidaknya, jika sudah mempunyai ide, barulah memulai menulis.

Tulis saja, tuntaskan

Setelah mempunyai ide yang diyakini dapat ditulis dengan baik, mulailah menulis. Hanya saja, adakalanya saat menulis, kita sering tergoda untuk melihat tulisan sebelumnya, padahal tulisan tersebut belum selesai. Akibatnya banyak waktu terbuang. Oleh karena itu, alangkah baiknya jika menyelesaikan tulisan, menuntaskan apa yang ditulis.

Edit

“Draft pertama dari apapun, adalah sampah,” tulis Ernest Hemingway. Kalimat tersebut menjadi moto saya dalam menulis. Ketika menyelesaikan naskah cerita pendek saya, saya menyadari naskah tersebut tidak lebih dari sampah. Tetapi, sampah akan menjadi sesuatu yang sangat bernilai jika didaur ulang dengan baik. Begitu pula naskah tulisan. Namun, saya menganjurkan, simpanlah naskah tersebut satu atau dua hari untuk kemudian dikoreksi, disempurnakan. Ternyata, resep tersebut manjur. Saya bisa menyelesaikan cerpen saya.

Evaluasi

Anda yakin, naskah yang sudah diedit sedemikan rupa sempurna? Jangan pernah berpikir demikian. Apapun itu, jika kita hanya mengoreksi tulisan kita sendiri, bukan tidak mungkin hasilnya jauh dari yang diharapkan karena hanya dilihat dari satu sisi sudut pandang. Lalu?

Mintalah pendapat orang lain. Mintalah kritik dan saran konstruktif. Sebaliknya, acuhkah komentar-komentar yang tidak berguna. Dengan begitu, kita mendapat berbagai masukan yang berarti. Jangan egois. Manusia adalah makhluk sosial.

Alhamdulillah. Sekarang saya sudah bisa menulis cerita pendek, walau pun masih belum sempurna. Saya harus berlatih dan berlatih. Ya, berlatih.

Teruslah menulis. Agar kalian cinta menulis. Jika sudah cinta, maka apapun akan dilakukan, bukan?

***

Share this

0 Comment to "Menulis (3.6): Bagaimana Anda Akan Menulis?"

Post a Comment